30 Oktober 2010

Perkuat Penjajahan di Negeri Muslim Terbesar, Indonesia: Obama Akan Berpidato di Tempat Terbuka

Indonesia sebagai negeri Muslim terbesar di dunia ini benar-benar menjadi target penyebaran demokrasi. Mengapa? Karena negeri ini memiliki potensi yang sangat luar biasa. Jumlah penduduk yang besar hingga sumber kekayaan alam yang melimpah ruah. Untuk menancapkan sistem yang telah tampak kerusakkannya tersebut, baru-baru ini dikabarkan, Presiden Barack Obama akan mengunjungi Indonesia dan akan berpidato di tempat terbuka tentang kemitraan, dan juga kemunculan Indonesia sebagai negara demokrasi.

Obama akan berangkat 5 November dalam lawatan 10 hari ke India, Indonesia, Korea Selatan dan Jepang. Pada 10 November di Jakarta, Presiden yang meneruskan kebijakan Bush untuk terus menjajah Irak, Afghanistan dan Pakistan ini akan mengunjungi Masjid Istiqlal, kemudian berpidato di ruangan terbuka, di mana mungkin akan terdapat kerumunan orang banyak.

Dia memiliki kesempatan untuk berbicara tentang kemitraan yang sedang dibangun dengan Indonesia, tetapi juga membicarakan beberapa tema demokrasi dan pembangunan dan tujuan rangkulan kami kepada komunitas Muslim seluruh dunia," kata Deputi Penasehat Keamanan Nasional Ben Rhodes dalam jumpa pers.

Obama juga akan mengumumkan sebuah "kemitraan komprehensif yang baru" dengan Indonesia pada sektor keamanan, ekonomi dan rakyat ke rakyat, kata Jeffrey Bader, penasihat utama Presiden Obama untuk Asia.

Dalam pidatonya, Barack Obama yang telah meningkatkan serangan atas kaum Muslim di Pakistan tersebut akan berbicara tentang kemitraan, dan juga kemunculan Indonesia sebagai negara demokrasi dan ekonomi berkembang, dan hubungan yang erat dengan Amerika Serikat, serta pluralisme.

Mengunjungi masjid ini (Istiqlal) dan pidatonya, saya pikir dia akan memiliki kesempatan untuk menggarisbawahi tema-tema yang dia dibuat untuk merangkul komunitas Muslim di seluruh dunia, "kata Rhodes dalam konferensi pers.

Menurut Ketua Lajnah Siyasiyah HTI, Harits Abu Ulya, dalam sebuah analisisnya menegaskan bahwa “kemitraan komprehensif” yang sebelumnya dalam bentuk “kemitraan strategis” tidak lain adalah penjajahan AS di Indonesia dalam beberapa aspek utama. Sekalipun aspek lain juga tidak luput dari upaya kooptasi agar sepenuhnya bangsa Indonesia berada dalam sub-ordinat AS dengan ideologi kapitalis yang diembannya [baca: Kemitraan Komfrehensif Indonesia - AS, Penjajahan Total Gaya Baru AS].

Misalkan aspek pendidikan, aspek pertahanan dan keamanan, aspek legislasi oleh DPR bersama pemerintah, begitu juga aspek-aspek strategis lainnya, sebuah penjajahan non-fisik akan memberikan dampak berkelanjutan dari masa ke masa dan dalam rentang waktu generasi ke generasi. Sekalipun melihat fakta penjajahan tersebut membutuhkan lebih kesadaran dan kaca pembesar (lup) untuk memperjelas realitasnya.

Umat Islam harus benar-benar memahami konstelasi perebutan dominasi dan kepentingan atas nilai-nilai strategis yang dimainkan negara-negara kapitalis dengan  penjajahan menjadi metode dan watak dasarnya.

Kebijakan Barack Obama terhadap dunia Muslim tidak berubah. Buktinya Amerika tetap menjalankan penjajahannya di Afghanistan dan membukan penjajahan baru di Pakistan. Sementara komitmen Obama untuk mendukung penjajah Israel juga telah nyata. Memang sudah sepatunya, bagi kaum Muslim yang masih memiliki harga diri, di negeri yang menyatakan diri sebagai negeri anti penjajahan ini tidak tertipu oleh bualan Obama.

Jadi sangat aneh, bila di hari pahlawan tahun ini, di mana pada tanggal tersebut, teriakan Bung Tomo mampu menggelorakan semangat anti penjajahan dan melawan para penjajah, tetapi generasi para penerusnya malah menerima kedatangan Sang Presiden AS, Negara Penjajah. Sungguh sangat aneh! [syabab.com]

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites