Pandangan Islam Tentang Asuransi

Asuransi syariah dikampanyekan sebagai alternatif bagi kaum muslim untuk menjalankan akad asuransi. Sesuai dengan fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) tentang Pedoman Umum tentang Asuransi Syariah disebutkan bahwa asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.

Yang Teristimewa Bagi Wanita

"...Wahai pena..! Titiplah salam kami teruntuk kaum wanita. Tak usah jemu kau kabarkan bahwa mereka adalah lambang kemuliaan. Sampaikanlah bahwa mereka adalah aurat ..."

Sistem Pemerintahan Islam Berbeda dengan Sistem Pemerintahan yang Ada di Dunia Hari ini

Sesungguhnya sistem pemerintahan Islam (Khilafah) berbeda dengan seluruh bentuk pemerintahan yang dikenal di seluruh dunia

Video: Puluhan Ribu Warga Homs Suriah Berikrar, Pertolongan Bukan dari Liga Arab atau Amerika Tapi dari Allah!

.

Analisis : Polugri AS di Asia Tenggara

Secretary of State Amerika Serikat Hillary Clinton 21 Juli 2011 lalu berkunjung ke Indonesia. Sebelumnya, dia melawat dua hari ke India untuk ambil bagian dalam konferensi tingkat menteri ASEAN yang diselenggarakan di Bali 22 Juli.

Khilafah: Solusi, Bukan Ancaman

Berbagai macam dampak destruktif akibat penerapan sistem kapitalis-sekular telah mendorong manusia untuk mencari sistem baru yang mampu mengantarkan mereka menuju kesejahteraan, keadilan, kesetaraan dan kemakmuran. Dorongan itu semakin kuat ketika kebijakan-kebijakan jangka pendek dan panjang selalu gagal mencegah dampak buruk sistem kapitalis.

MIMPI PARA ULAMA BUKAN SEMBARANG MIMPI

Apakah Anda tadi malam bermimpi? Apa mimpi Anda? Kata orang, mimpi hanyalah kembang (bunga) orang tidur. Maksudnya, mimpi tidak bermakna signifikan. Tapi, sebenarnya tidak semua mimpi tak ada artinya.

Nasehat Imam Abdurrahman bin Amru al-Auza’iy :Empat Tipe Pemimpin

Ada nasihat berharga yang disampaikan Imam Abdurrahman bin Amru al-Auza’iy kepada Khalifah Abu Ja’far al-Manshur, ketika ulama besar itu dimintai nasihat.

26 November 2010

Yahudi Berencana Hancurkan Ratusan Rumah Warga Palestina di Yerusalem dan Perketat Blokade Wilayah Sekitarnya

Penasihat hukum pemerintah “Israel” pada hari Kamis (18/11) menginstruksikan kepada walikota pendudukan di Al-Quds yang diduduki untuk menghancurkan ratusan rumah warga Palestina di kota itu dalam rangka rencana komprehensif Yahudisasi seluruh kota.
Surat kabar “Israel” Ha’aretz mengatakan bahwa rencana itu bertujuan menghancurkan ratusan rumah warga Al-Quds, yang telah dibahas oleh penasihat hukum pemerintah pendudukan, dan menyerukan walikota agar melaksanakan segera rencana penghancuran rumah-rumah warga Al-Quds yang terletak di komplek kota Silwan, termasuk Batnul Hawa, al-Bustan, dan lainnya. Di mana komplek itu berdekatan dengan Masjid Al-Aqsa.
Surat kabar itu menambahkan bahwa penasehat hukum pemerintah Netanyahu juga memutuskan untuk menutup sebagian dari rumah yang diambil alih oleh warga pemukim di Silwan, yang dikenal sebagai “Beit Yonatan” di komplek Batnul Hawa kota Silwan Selatan Masjid Al-Aqsha. Keputusan penghancuran ini dibuat dalam rangka usaha entitas Yahudi yang terus menerus untuk mengosongkan Al-Quds dari warganya.
Dikatakan bahwa entitas Yahudi sang perampas memutuskan untuk membangun ribuan unit permukiman di Al-Quds yang diduduki dan di Tepi Barat, pada saat di mana pemerintah AS dan otoritas mengklaim bahwa mereka sedang berusaha menemukan formula yang cocok untuk mejalankan proses penyelesaian dan pembekuan pemukiman.
Begitu pula dengan warga yang tinggal di kota Issawiya yang berbatasan dengan Al-Quds. Mereka hidup diselimuti penderitaan, penyalahgunaan, pemaksaan dan berbagai kezaliman lainnya. Di mana semuanya bertujuan untuk mengusir warganya dan memisahkan wilayahnya secara geografis dari kota Al-Quds.
Dalam hal terkait, Kementerian Luar Negeri AS mengatakan pada hari Jumat (19/11) bahwa AS siap memberikan jaminan keamanan secara tertulis kepada “Israel” jika hal itu akan membantu upaya melanjutkan perundingan damai yang macet di Timur Tengah.
Jurubicara Kementerian Luar Negeri Amerika, Philip J. Crowley mengatakan  dalam pernyataan pers: “Kami terus berdiskusi dengan Israel. Jika ada kebutuhan untuk memberikan pemahaman tertentu secara tertulis, maka kami bersedia untuk melakukannya.” (kantor berita HT, 25/11/2010).

Separuh Hati buat Sumiati…

Pembenahan pelayanan penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia sebenarnya tidaklah sesulit menegakkan benang basah. Semuanya berawal dari kemauan dan niat baik pemerintah.
Sepanjang pemerintah mampu melaksanakan fungsi pengawasan dan penegakan hukum, Indonesia pasti mampu mengirim pekerja berkualitas. Bukan malah menghamba kepada negara penempatan demi mengejar remintasi TKI yang diprediksi Bank Dunia mencapai 7,1 miliar dollar AS tahun 2010.
Mungkin penjajahan terlalu lama memengaruhi rasa percaya diri bangsa dalam pergaulan internasional. Indonesia seakan menjadi pihak paling membutuhkan dalam penempatan pekerja rumah tangga (PRT) di negara tujuan. Akibatnya, agen pekerja di negara tujuan seenaknya menetapkan gaji dengan dalih PRT asal Indonesia tidak kompeten dan segudang alasan lain.
Pelanggaran hak asasi terhadap TKI terus terjadi. Lemahnya pengawasan di negara penempatan membuat kasus kekerasan baru muncul setelah berakibat fatal. Pemerintah seperti gagal melindungi TKI di negara penempatan.
Sedikitnya 6 juta TKI bekerja di luar negeri, dengan hampir 80 persen menjadi PRT. Keahlian terbatas dan pendidikan rendah membuat mereka hanya dapat memasuki pasar kerja sektor domestik yang informal. Mereka bergaji rendah, jam kerja tak terbatas, kondisi kerja rentan pelecehan dan penganiayaan, serta terisolasi dari dunia di luar rumah pengguna jasa.
Penganiayaan majikan atas Sumiati binti Salan Mustapa (23), TKI asal Dompu, Nusa Tenggara Barat, yang baru diketahui begitu dia dirujuk ke Rumah Sakit Raja Fahd di Madinah, Arab Saudi, sungguh mengecewakan.
Begitu kasus mencuat, pemerintah segera bertindak. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Selasa (16/11/2010), langsung memerintahkan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari berangkat ke Madinah melihat Sumiati. Namun, sampai Senin (22/11/2010) siang Linda masih di Jakarta, menunggu visa, karena Kedutaan Besar Arab Saudi sedang libur Idul Adha selama seminggu.
Reaksi dan tindakan pemerintah belum menyentuh dasar jurang penderitaan TKI di negara penempatan. Presiden semestinya berbicara langsung dengan Menteri Dalam Negeri Arab Saudi Pangeran Fayeh yang kini mewakili Raja dan Pangeran Mahkota yang sedang sakit, membahas perlindungan TKI.
Pemerintah harus menegaskan kepada Pemerintah Arab Saudi, perlindungan TKI mutlak dilaksanakan. Dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (18/11/2010), Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Abdurrahman Mohammad Amen Al Khayat meminta kasus Sumiati tidak dibesar-besarkan. Menurut dia, peristiwa itu hanya sedikit kasus kenakalan warga negara biasa dibandingkan dengan banyak TKI yang hidup senang dengan majikan baik.
Apa yang dialami Sumiati jelas tidak bisa diteropong hanya sebagai angka statistik. Walaupun jumlah TKI yang mengalami kekerasan relatif kecil dibandingkan dengan total jumlah TKI, hak asasi atas perlakuan layak tetap harus ditegakkan. Mereka bekerja ke luar negeri bukan untuk dipukuli atau dirampas kemerdekaannya. Mereka hanya ingin lepas dari kemiskinan akibat ketidakmampuan pemerintah menggerakkan sektor riil dan menciptakan lapangan kerja baru di dalam negeri.
Gagal
Pascakrisis ekonomi tahun 1999, lembaga jasa keuangan internasional menganjurkan Indonesia mengirim tenaga kerja ke luar negeri untuk mendapat remitansi guna mengurangi beban negara. Sejak itu, Indonesia terus mengirim tenaga kerja hingga kini sedikitnya 6 juta orang. Mereka telah mengirim remitansi ke Indonesia. Ironisnya, Indonesia gagal mengalihkan pengiriman pekerja informal ke sektor formal. Hampir 80 persen tenaga kerja Indonesia ke luar negeri menjadi PRT.
Status informal membuat mereka kerap menjadi korban keserakahan sponsor, pengusaha penempatan, dan birokrat. Para pemangku kepentingan semestinya menciptakan mekanisme perekrutan bebas sponsor, pelatihan sesuai standar internasional, dan jaminan perlindungan di negara tujuan.
Sudah menjadi pengetahuan umum, sponsor berkeliling ke desa-desa mengiming-imingi calon TKI dengan gaji besar tanpa menginformasikan situasi sebenarnya. Sponsor memberi sekitar Rp 3 juta untuk keluarga yang ditinggalkan calon TKI. Banyak keluarga TKI terkesima dengan kemurahan hati sponsor. Mereka tidak tahu, agen akan memotong sebagian besar gaji TKI paling sedikit tujuh bulan untuk menutupi ongkos yang dipakai.
Saat ini, pemerintah menyediakan kredit usaha rakyat untuk mengatasi kesulitan permodalan TKI. Mennakertrans juga mencabut izin 22 pelaksana penempatan TKI swasta (PPTKIS) dan menskors tujuh PPTKIS yang melanggar aturan.
Persoalan lain yang tak kunjung tuntas adalah pelatihan TKI. Kemennakertrans mensyaratkan calon TKI wajib mengikuti pelatihan minimal 200 jam dan 100 jam bagi TKI yang sudah pernah bekerja di luar negeri. Materi pelatihan adalah bahasa negara tujuan, kompetensi kerja, pengetahuan budaya setempat, hingga perlindungan hukum apabila terjadi sesuatu.
Mereka lalu diuji di lembaga sertifikasi profesi (LSP) dan mendapat sertifikat kompetensi kerja jika lulus. Sekali lagi, pengawasan dan penegakan hukum yang lemah membuat oknum LSP mendagangkan sertifikat asli tetapi palsu seharga Rp 70.000 per lembar, jauh di bawah biaya pelatihan komplet yang mencapai Rp 1,1 juta per orang.
Pembenahan perekrutan dan pelatihan sebenarnya kunci menyiapkan TKI berkualitas. Pemerintah harus berhenti mengejar jumlah penempatan TKI yang sempat ditargetkan 1 juta orang per tahun demi menekan potensi permasalahan yang mengorbankan pekerja.
Pemerintah harus mau sepenuh hati membangun sistem perlindungan yang komprehensif bagi para pahlawan devisa. Jangan lagi separuh hati. (kompas, 26/11/2010)

Berbagai Kebohongan dan Racun Obama Disebarkan Ditengah Orang-Orang Yang Telah Terkooptasi Oleh Kultur Amerika!

Kebanyakan anak-anak umat ini di seluruh penjuru negeri Indonesia, yang direpresentasikan para ulama, dosen dan intelektual, menolak kunjungan Obama dengan melakukan berbagai pertemuan. Sejumlah aksi massa besar juga digelar di berbagai kota mulai dari timur hingga barat Indonesia memprotes kunjungan Obama . Namun sekelompok antek Amerika telah menyambut kunjungan Obama, yang dipimpin oleh presiden. Stasiun-stasiun televisi yang ada di bawah penguasa dan berjalan dibelakangnya, menyiarkan berita kunjungan itu secara massif. Dan pada saat yang sama stasiun-stasiun televisi itu diam membisu tidak menyiarkan berbagai pertemuan dan aksi massa besar yang memprotes kunjungan Obama. Mereka juga menutup-nutupi berita penolakan dan protes yang dilakukan oleh berbagai kelompok massa yang mukhlis dari kebanyakan umat di Indonesia!! Lalu stasiun-stasiun televisi itu mengulang-ulang pidato Obama di depan mereka yang telah terkooptasi oleh kultur Amerika, diselenggarakan di Universitas Indonesia 10 November 2010 M yang lalu.
Amerika melalui antek-anteknya di media massa berupaya mempromosikan kepada masyarakat berbagai kebohongan dan racun yang disebarkan Obama itu.
Seperti kebiasaan presiden Amerika di dalam berbagai pidatonya, di depan orang-orang yang telah terkooptasi oleh kultur Amerika, Obama mengulang-ulang ucapannya tentang demokrasi, hak-hak asasi manusia, pluralisme dan pasar bebas … Ia berupaya mengemasnya dengan cara-cara dan hiasan berpengaruh, memikat dan menipu, tentang masa kecilnya di Indonesia dan pujiannya terhadap pembangunan di Indonesia! Begitulah, Obama memalingkan para pendengar, meski hanya sebentar, dari racun-racun mematikan yang dituangkannya ke Indonesia melalui kunjungannya itu!
Adapun demokrasi yang didengung-dengungkannya, maka itu bukanlah sebatas pemilihan penguasa oleh rakyat sebagaimana yang mereka tonjolkan kepada masyarakat. Dalam masalah pemilihan penguasa oleh rakyat itu, Islam justru lebih dahulu dibanding demokrasi. Akan tetapi, demokrasi pada hakikatnya adalah menjadikan hak membuat hukum dan legislasi hukum menjadi milik manusia, bukan milik Tuhannya manusia. Oleh karena itu, dari sisi ini demokrasi merupakan ide kufur.Allah SWT telah menjadikan penetapan hukum dan legislasi hukum semata jadi milik-Nya. Allah SWT berfirman:
إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ
Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. (QS al-An’am [6]: 57)
Adapun ide Hak Asasi Manusia (HAM) yang dibangun diatas liberalisme merupakan racun yang mematikan! Itu hanyalah hak orang-orang yang melanggar kehormatan Islam. Itu adalah hak orang yang murtad dari Islam yang berani berlaku lancang terhadap al-Quran al-Karim dan Rasul saw. HAM itu adalah hak-hak para pelaku kemaksiyatan homoseksual dan pornografi … Adapun jika masalahnya terkait dengan keterikatan seorang muslim terhadap agamanya, memakai kerudung atau niqab (cadar) oleh muslimah, atau bangunan menara masjid, … maka hak-hak ituditolak dan diperangi dengan keras!
Sedangkan pluralisme maka itu bukanlah konsep bahwa kaum minoritas agama atau etnis (suku) hidup di bawah Islam di Indonesia yang muslim. Akan tetapi, pluralisme itu adalah menjadikan minoritas keagamaan menghalangi penerapan Islam di Indonesia yang telah diwajibkan oleh Allah SWT dengan dalih kebebasan beragama dan bahwa agama-agama itu setara dalam hal kebenaran selama mengimani ide Ketuhanan sebagaimana yang dikatakan oleh Obama! Sesungguhnya secara politik dengan dalih pluralisme itu, mereka menginginkan kaum minoritas tersebut bisa menghalangi penerapan hukum-hukum syariah. Padahal penerapan hukum-hukum syariah itu adalah wajib bagi kaum muslim secara sekaligus di bawah Daulah Khilafah. Di situlah terdapat kebangkitan yang sahih dan pembebasan mereka dari penjajahan. Di bawah Daulah Khilafah lah kemuliaan umat Islam . Di dalamnya terdapat perlindungan terhadap hak-hak minoritas agama untuk menunaikan ibadah mereka dan perlindungan kehidupan mereka dari kezaliman dan penindasan.
Wahai Kaum Muslim, Wahai Orang-Orang Yang Berakal
Inilah racun-racun Obama. Sedangkan kebohongan-kebohongannya maka hal itu jelas di dalam pidatonya itu. Ia mengatakan: “Amerika Serikat berjanji untuk bekerja demi kemajuan umat manusia”. Semua orang baik jauh maupun dekat mengetahui apa yang dilakukan oleh Amerika adalah demi para pemilik modal, yaitu para kapitalis, bukan demi kepentingan umat manusia! AS menghancurkan kemanusiaan melalui pembunuhan dan perampokan kekayaan umat manusia . Tidak ada perbedaan antara Obama dan presiden Amerika lainnya. Dia berjalan di atas sistem yang sama. Negara penjajah ini terus saja membunuhi kaum muslim di Irak, Afganistan dan Pakistan, dan terus saja merampok kekayaan negeri-negeri dunia termasuk Indonesia dan membiarkan penduduknya dalam kemiskinan dan kekurangan . Seperti yang terjadi di Papua, Aceh, Riau, Cepu, Natuna dan lainnya.
Dalam pembicaraannya tentang hubungan Amerika dengan Islam, Obama mengatakan bahwa AS tidak memerangi Islam, melainkan memerangi al-Qaeda yang disebutnya sebagai teroris. Akan tetapi, masalahnya adalah kepentingan Amerika.Siapa saja yang tidak sejalan dengan kepentingan Amerika, atau yang mengkritik politik imperialistik negara itu , maka akan dicap al-Qaeda atau memiliki hubungan dengan al-Qaeda. Berdasarkan sebutan itu, Amerika memiliki hak untuk membunuhnya, dengan alasan memerangi teroris!
Hal itu tampak jelas di dalam pidato Obama yang menyatakan bangsa Amerika menghadapi ancaman bahaya terorisme. Akan tetapi apa yang dilakukan oleh militer Amerika dalam bentuk pembunuhan dan penumpahan darah ratusan ribu muslim tak berdosa, semua itu tidak disebut terorisme! Demikian juga, aksi-aksi terorisme yang dilakukan oleh entitas Yahudi yang menduduki Palestina, tidak disebutnya sebagai terorisme! Maka dalam pandangan Obama, bangsa Amerika perlu dilindungi darahnya, sementara kaum muslim boleh ditumpahkan darahnya dan dianggap sebagai seburuk-buruk hewan?!
Kemudian terkait Afganistan, Obama mengatakan ungkapan-ungkapan penyesatan.Ia mengatakan bahwa Amerika dan negara-negara sekutu bekerja untuk “membangun pemerintahan Afganistan dan masa depannya …”. “Dan bahwa Amerika bekerja agar tidak ada tempat yang aman bagi ekstremis dan pelaku kekerasan …”. Begitulah, Obama menggunakan ungkapan-ungkapan penyesatan untuk memalingkan pikiran dari kebenaran! Apakah Amerika dan negara-negara sekutu bekerja membangun Afganistan dan masa depannya, ataukah militer Amerika dan sekutu melancarkan perang brutal di Afganistan?!
Obama sejak memegang tampuk pemerintahan pada Januari 2009 lalu, telah menambah jumlah militer Amerika di Afganistan hingga mencapai 150 ribu personel saat ini! Kemudian, Obama di dalam pidatonya menyembunyikan kepentingan ekonomi Amerika di Afganistan. Sebuah negeri islam kekayaan alamnya berlimpahdan memiliki posisi strategis. Sebaliknya, Obama berbicara tentang pembangunan Afganistan dan perang terhadap para ekstremis dan pelaku kekerasan!Pertanyaannya adalah: jika kaum mujahidin yang membela negeri mereka melawan negara-negara penjajah yang menduduki negeri mereka, disebut “ekstremis pelaku kekerasan”, lalu apa sebutan bagi militer NATO yang menembakkan berton-ton artileri, rudal, dan bahan-bahan kimia mematikan terhadap kaum muslim di Afganistan?!
Terakhir, apa yang ada di dalam pidato Obama tidak lain hanyalah kebohongan-kebohongan yang jelas, kedustaan yang telanjang dan kerancuan yang gamblang seperti menyatakan tidak ingin memerangi kaum muslim dan ia akan menarik militer Amerika dari Irak (tahun 2011). Sementara Obama mengirim 30 ribu tentara ke Afganistan , jelas ini merupakan kerancuan yang gamblang.
Sedangkan tentang Irak, maka kebohongannya juga tampak jelas. Kementerian luar negeri AS mengumumkan pengiriman 7000 kombatan ke Irak yang berasal dari tentara bayaran dibawah kontraktor keamanan yang sudah diketahui kekejiannya (Blackwater )… The Guardian (15/8/2010) memberitakan penarikan militer pendudukan dari Irak hanyalah propaganda untuk memperbaiki citra Obama dari Bush Jr. pendahulunya. Amerika menginginkan Irak menjadi sebuah pangkalan militer tetap bagi AS sebagaimana yang ada di Korea Selatan. Hal itu untuk menempatkan ribuan tentarnya di pangkalan-pangkalan tetap di Irak. Demikian juga Kenneth M. Pollack menyatakan di Washington Post (22/8/2010) klaim Amerika akan menarik militernya dari Irak tidak lain hanyalah kebohongan semata (mitos). Ia menambahkan di Irak sekarang masih terdapat 50 ribu kombatan orang Amerika , akan tetapi dengan nama lain!

Wahai Kaum Muslim, Wahai Orang-Orang Yang Berakal
Telah tampak jelas bahwa Obama ingin memperbaiki citranya dengan ucapan-ucapan yang menipu, seperti yang diulang-ulangnya tentang upayanya mewujudkan perdamaian di Palestina yang jauh lebih banyak dibanding pendahulunya. Di dalam pidatonya, ia menyebutkan dorongannya bagi perdamaian di Palestina untuk merealisasi rencana dua negara (two states solution) . Ia menyebutkan hal itu sebagai bentuk perhatiannya terhadap terwujudnya negara bagi orang-orang Palestina yang hidup berdampingan dengan negara (Israel). Ia katakana hal itu untuk kemaslahatan orang-orang Palestina! Semua itu adalah bagian dari penyesatan dan tipudaya. Apa yang disodorkan Obama itu, yang pertama dan terakhir, adalah untuk kepentingan Yahudi dengan menjadikan para penguasa di negeri-negeri kaum muslim, baik arab maupun non arab, mengakui pendudukan Yahudi atas sebagian besar Palestina dan menjadikannya negara yang paling kuat persenjataannya di kawasan dengan kompensasi negara semu yang kecil di sebagian dari tanah Palestina yang tak mengakar, terlucuti persenjataannya, dan tanpa kedaulatan penuh terhadap batas-batas wilayahnya, udaranya, transportasi dan komunikasinya, bahkan hingga terhadap keamanannya … Itulah yang selalu dinyatakan oleh entitas Yahudi baik pagi maupun sore! Pernyataan Obama seputar dukungan kepada negara Yahudi adalah jelas. Obama menyatakan dalam hal itu “bahwa dukungan Amerika kepada negara Yahudi adalah doktrin tetap Amerika yang tidak berubah”. Demikian jugaAmerika menjual 20 buah pesawat F-35 ke negara Yahudi itu. Dan Obama dalam kampanye pemilu presiden telah mengumumkan bantuan finansial untuk entitas Yahudi yang mencapai 30 miliar dolar Amerika untuk 10 tahun.
Begitulah, wahai kaum Muslim. Pidato Obama penuh dengan racun dan kebohongan.Tepuk tangan dari antek-antek yang telah terkooptasi dan terpedaya tidak akan mengurangi bahayanya … Orang-orang itu menjual agama mereka dengan sekerat dunia yang sedikit, bahkan hingga tanpa sekerat pun dari dunia … Maka wahai kaum muslim, berhati-hatilah dan waspadalah dari racun-racun tersebut sebelum terlambat!
Hizbut Tahrir Indonesia
10 Dzul Hijjah 1431/16 November 2010 M

Awas, Kampanye Melepas Jilbab Merambah Facebook

Semra Celebi tak lagi pakai jilbab. Menurut gadis Turki ini, tidak perlu pakai jilbab untuk jadi muslimah yang baik. Toh tidak mudah mengambil keputusan untuk menanggalkan jilbab. Belum lama ini, Celebi membuat page Facebook khusus: I took off my Hijab.
Jilbab-jilbabnya masih tergeletak rapi di lemari, di rumah orangtuanya. Semra Celebi menyimpan dan tak berencana membuang jilbab-jilbab yang dulu dikenakannya. Jilbab adalah bagian dari masa lalu, tapi bukan lagi identitasnya sekarang. Sekarang Semra tinggal di Amsterdam. Ia merasa jadi orang biasa, anonim dan bebas.
Semra memakai jilbab untuk pertama kalinya pada usia 10 tahun. Ia mengikuti contoh adiknya yang bersekolah di SD Islam. Semra sendiri bersekolah di SD Kristen di Barneveld, Belanda. Bagi ayahnya yang berasal dari keluarga Turki konservatif, jilbab sangat penting. Awalnya, Semra harus membiasakan diri ketika baru memakai jilbab.
“Rasanya tidak nyaman, karena saya tak tahu bagaimana teman-teman akan bereaksi. Saya ingat, teman-teman menarik saya masuk ke dalam kelas karena saya tak berani menampakkan diri. Tapi saya diterima dengan baik. Kalau lelah bermain dan gerah, saya lepas saja jilbabnya.” Memakai jilbab jadi punya makna khusus bagi Semra. Ia lebih melihatnya sebagai bagian dari identitas religius. Tuhan tidak ingin perempuan berpakaian seksi. Dalam berbagai debat, ia membela pemakaian jilbab dengan menggebu-gebu. Ia pandai bicara dan terlihat menonjol.
Namun kemudian datang titik balik. Semra kuliah hukum di Universiteit van Utrecht. Dan sempat magang di Sheffield, New York dan Brussels. Ketika meninggalkan Barneveld yang kecil dan penuh aturan, Semra mulai ragu. Setelah membaca berbagai buku, Semra memutuskan membuka jilbabnya.
Sekarang, sudah tiga tahun ia melepas jilbab. Dan Semra harus kembali membela identitasnya. Kali ini sebagai muslimah tanpa jilbab. Ayahnya tidak senang dengan keputusannya. Semra juga menerima reaksi negatif dari sekeliling. Namun ia tak goyah. Belum lama ini Semra membuat page Facebook untuk memberi dukungan terhadap perempuan yang telah atau berencana melepas jilbab.
Dalam waktu tiga minggu, sekitar seratus perempuan bergabung di akun Facebooknya. Beberapa gadis menulis, sama seperti Semra, mereka takut akan reaksi sekitar. Seorang ayah tak mau bertemu putrinya selama beberapa bulan karena sang putri melepas jilbab. Menurut Semra, page Facebook-nya tidak bermaksud menyuruh perempuan melepas jilbab. (republika.co.id, 26/11/2010)

25 November 2010

KHILAFAH DALAM PANDANGAN BARAT

Jika Anda ingin berbicara tentang Khilafah dalam pandangan Barat, itu artinya Anda akan berbicara tentang tamatnya dominasi negara-negara itu dan tamatnya penjajahannya atas dunia, sekaligus Anda akan berbicara tentang rancangan hadhârah (peradaban) yang amat kuat dasarnya (qawiyy al-autâd), amat kokoh kesadaran akan harga diri dan identitasnya (shalb al-syakîmah) yang akan bangkit menjadi tantangan internasinal (tahaddiy[an] ‘âlamiyy[an] bagi hadharah Barat, bahkan akan menggusurnya. Artinya, Anda akan berbicara tentang sebuah sistem universal yang baru; model ideologi yang akan mengganti ideologi liberal-sekular Barat.

Jika Anda berbicara tentang Khilafah, itu artinya Anda sedang berbicara tentang sebuah mimpi buruk yang menghantui ketenangan Barat dan menjadikan mereka terjangkiti insomnia pada saat tidur maupun terjaga. Artinya, Anda berbicara tentang ‘Kerajaan Islam Universal’ –meminjam ungkapan para pemimpin Barat –yang akan menaungi negeri-negeri Islam saat ini maupun di masa lampau, yang akan membentang dari Eropa ke Afrika utara, ke Timur Tengah, dan ke Asia Tenggara. Dimana hal ini akan kembali menjadikannya mampu untuk memimpin dunia.

Jika Anda berbicara tentang Khilafah, itu artinya Anda berbicara tentang penerapan syari’at dan penyatuan negeri-negeri kaum Mulimin sekaligus mencabut campurtangan penjajahan yang ada di sana. Inilah sebuah perkara yang tidak akan ditoleransi oleh negara-negara Barat. “Memimpinnya syari’at Islam di dunia Arab dan ditegakkannya satu kekhilafahan di seluruh negeri-negeri kaum Muslim serta lenyapnya campur tangan Barat dari negeri-negeri tersebut adalah perkara yang tidak akan ditoleransi oleh Barat dan sama sekali tidak mungkin dibiarkan oleh mereka”.

Menghancurkan Khilafah adalah sebuah cita-cita yang selamanya akan menjadi tujuan Barat. Barat telah pernah mewujudkan cita-cita ini setelah perang dunia kedua. Lord Curzon, menteri luar negeri Inggris pada masa runtuhnya Khilafah mengatakan, “Kita telah menghancurkan Turki dan Turki tidak mungkin akan kembali bangkit. Sebab kita telah menghancurkan dua kekuatannya; yakni Islam dan Khilafah”. Saat ini, cita-cita itu kembali mengantui Barat setelah kaum Muslim kembali menyatukan tekad untuk mengembalikan Khialfah ke atas pentas negara.

Berikut ini beberapa statemen, komentar dan analisa yang berkaitan dengan ketakutan dan depresi Barat terhadap kembalinya Khilafah:

Putin, Presiden Rusia, pada bulan Desember tahun 2002 mengumumkan, “Terorisme internasional telah mengumumkan peperangannya atas Rusia dengan tujuan merampas sebagian wilayah Rusia dan mendirikan Khilafah Islamiah”. Pada kesempatan itu, Putin berbicara dalam sebuah acara dialog di sebuah setasiun televisi yang disiarkan secara langsung (live). Pada keempatan itu ia menjawab lima puluh pertanyaan yang terpilih diantara dua juta pertanyaan via telepon dari penduduk Rusia.

Situs, “Mufakkirah al-Islâm www.islamemo.com pada akhir 2002 M memberitakan sebuah kabar dengan judul “Lembaga Inteljen Jerman Memperingatkan Berdirinya Khilafah”. Dalam situs itu tertulis sebagai berikut: “Kepala Lembaga Inteljen Jerman, August Hanning, melakukan penelusuran di beberapa negara Arab yang dimulai dari wilayah Teluk dimana disana ia bertemu dengan beberapa pemimpin lembaga-lembaga inteljen Arab. Set data Iraq dan kelompok Fundamentalis Islam adalah merupakan topik yang paling menonjol bagi seorang lelaki yang mengepalai salah satu dari kegiatan lembaga-lembaga inteljen negara itu. Dalam kaitannya dengan kelompok fundamentalis Islam, para pengamat inteljen Jerman mengkhawatirkan, mengantisipasi (dan meramalkan) akan munculnya serangan yang meluas dari ribuan pendukung gerakan-gerakan Islam di Uzbekistan, Tajikistan dan Kyrgyz dengan tujuan mendirikan Daulah Khilafah Islamiah di wilayah tersebut. Para eksekutif Jerman memberikan kepercayaan dan kredibilitas yang amat besar terhadap kehawatiran, antisipasi (dan ramalan) lembaga-lembaga inteljen tersebut”.

Henry Kissinger dalam sebuah pidatonya di India pada 6 November 2004 M dalam Konfrensi Hindustan Times yang kedua, kepada para pemimpin ia menyampaikan, “Ancaman-ancaman itu sesungguhnya tidak datang dari teroris, sebagaimana yang kita saksikan pada 11 September. Akan tetapi, ancaman itu sesungguhnya datang dari Islam fundamentalis ekstrim yang berusaha menghancurkan Islam moderat yang bertentangan dengan pandangan pandangan kelompok radikal dalam masalah Khilafah Islamiah”.

Kissinger juga mengatakan, “Musuh utama, sejatinya adalah kelompok ekstrim Fundamentalis yang aktif dalam Islam dimana dalam saat yang sama ingin mengubah masyarakat Islam moderat dan masyarakat lain yang dianggap sebagai penghalang penegakan Khilafah”. (Surat Kabar Newsweek edisi VIII November 2004)

Surat kabar al-Hayât, pada 15/01/2005 M, mempublikasikan sebuah laporan yang dipublikasikan oleh Reuters di Washinton. Laporan itu berisi prediksi-prediksi berdasarkan pada hasil muyawarah yang dihadiri oleh seribu ahli dari lima benua seputar ramalan masa-masa yang akan datang hingga 2020 M. Laporan itu bertujuan untuk mewujudkan kontribusi dari para intelejen dan politisi untuk menghadapi tantangan-tantangan tahun-tahun yang akan datang. Laporan itu menghawatirkan “masih terus berlangsungnya serangan terorisme”. Laporan itu membicrakan tentang empat skenario yang mungkin akan terus berkembang di dunia. Skenario ketiga yang diperingatkan oleh laporan itu adalah al-Khilafah al-Jadîdah (Khilafah Baru Yang Akan Muncul). Demikian laporan itu menyebutnya.

Mantan perdana mentri Inggris, Tony Blair, di hadapan Konferensi Umum Partai Buruh pada 16/07/2005 M mengatakan, “Kita sesungguhnya sedang menghadapi sebuah gerakan yang berusaha melenyapkan negara Israel dan mengusir Barat dari dunia Islam serta menegakkan Daulah Islam tunggal yang akan menjadikan syari’at Islam sebagai hukum di dunia Islam melalui penegakan Khilafah bagi segenap umat Islam”.

Demikian pula pada September 2005 M, Blair dengan terang-terangan mengatakan, “Keluar kita dari Iraq sekarang ini akan menyebabkan lahirnya Khilafah di Timur Tengah”.

Pada 06/10/2005 M, dengan terang-terangan Bush mengisyaratkan adanya strategi kaum Muslim yang bertujuan mengakhiri campurtangan Amerika dan Barat di Timur Tengah. Bush mengatakan, “Sesungghunya, ketika mereka menguasai satu negara saja, hal itu akan menarik (menghimpun) seluruh kaum Muslim. Dimana hal ini akan memungkinkan mereka untuk menghancurkan seluruh sistem di wilayah-wilayah itu, dan mendirikan kerajaan fundamentalis Islam dari Spanyol hingga Indonesia”.

Mentri Dalam negeri Inggris, Charles Clark, dalam sebuah sambutannya di Institute Heritage mengatakan, “Tak mungkin ada kompromi seputar kembalinya Daulah Khilafah, dan tidak ada perdebatan seputar penerapan syari’at Islam”.

Dalam sebuah pidatonya kepada bangsa Amerika, pada 08/10/2005 M,George W.Bush mengatakan dengan tegas, “Para pasukan perlawanan bersenjata itu menyakini bahwa dengan menguasai satu negara, mereka akan dapat menuntun bangsa Islam dan menghancurkan seluruh negara moderat di wilayah-wilayah itu. Dari situ, mereka akan mendirikan sebuah kerajaan Islam ekstrim yang membentang dari Spanyol hingga Indonesia”.

Pada 05/12/2005 M, menteri pertahanan Amerika, Donald Rumsfeld, dalam sebuah komentarnya seputar masadepan Iraq –pada saat itu ia berada di Universitas John Hopkins –mengatakan, “Iraq tak ubahnya adalah tempat lahirnya Khilafah Islamiah baru yang akan membentang mencakup seluruh Timur Tengah dan akan mengancam pemerintahan-pemerintahan resmi di Eropa, Afrika dan Asia. Inilah rencana mereka. Mereka telah menegaskan hal ini. Kita akan mengakui sebuah kesalahan yang amat menakutkan jika kita gagal mendengar dan belajar”.

Surat kabar Milliyet Turki, pada 13/12/2005 M, dengan mengutip dari The New York Times menyebutkan bahwa, “Para pemimpin dalam pemerintahan Bsuh, akhir-akhir ini terus menerus mengulang-ulang kata Khilafah seperti permen karet. Pemerintahan Bush kini menggunakan kata Khilafah untuk menyebut kerajaan Islam yang pada abad ke VII membentang dari Timur Tengah hingga Asia Selatan, dan dari Afrika utara hingga Spanyol”.

Seorang komentator Amerika, Karl Vic di surat kabar Washinton Post, 14/01/2006 M menulis sebuah laporan yang amat panjang dimana di dalamnya ia menyebutkan bahwa “kembalinya Khilafah Islamiah yang selalu diserang oleh presiden Amerika, George Bush, benar-benar sedang menggema di tengah-tengah mayoritas kaum Muslim”. Karl Vic juga menuturkan bahwa, “kaum Musilin (saat ini) memang benar-benar menganggap diri mereka bagian dari satu umat yang akan membentuk esensi Islam, sebagaimana mereka melihat Khalifah adalah sebagai sosok yang layak untuk mendapatkan penghormatan”. Sang komentator ini memberikan isyarat bahwa, “Hizbut Tahrir yang bergerak berbagai negeri lintas dunia itulah yang dengan terang-terangan menegaskan bahwa tujuannya adalah mengembalikan Khilafah sebagaimana masa dahulu”.

Dr. Ahmad al-Qadidy, seorang warga Tunisia yang berdomisili di luar negeri, dalam sebuah tulisannya yang dimuat oleh surat kabar al-Syrq al-Quthriyyah yang terbit pada Ahad 17/05/2006 M, dengan judul “Para Ahli Amerika Memprediksikan Kembalinya Khilafah Pada 2020 M”, mengatakan, “Pada halaman 83 dari sebuah laporan penting yang terbit pada hari-hari ini dari yayasan “Robert Lafon” untuk publikasi Paris, dengan judul “Bagaimana Pandangan Inteljen Amerika Terhadap Dunia Pada Tahun 2020 M?”, kita dapat membaca paragraf berikut ini: “Islam politik mulai hari ini hingga 2020 M akan mengalami penyebaran yang amat luas di pentas dunia internasional. Kita memprediksikan akan adanya penyatuan gerakan-gerakan Islam Rasisme dan Nasionalisme dan bergerak bersama untuk mendirikan sebuah kekuasaan yang akan melintasi batas-batas nasional. Al-Qadidy melanjutkan ungkapannya, “Hal inilah –dengan sangat akurat –adalah apa yang diperediksikan oleh para ahli Amerika, khsusnya seorang sosiolog dan senior para ahli prediksi masadepan, Alvin Toffler, pemilik buku “Shadamat al-Mustaqbal /Future Shock (Benturan Masa Depan)”, Ted Gordon, tohoh senior ahli rancangan, Millennium Project yang telah direalisasikan oleh organisasi PBB, seorang ahli, Jim Dewar, dari yayasan Rand Corporation, Jad Davis, desainer semua program Shell Petroleum Company, dan para ahli yang lainnnya yang tak diragukan lagi kemampuan mereka dalam memprediksi masadepan. Ahmad al-Qadidy menambahkan, “Dan tentu saja, para ahli dan pakar itu telah bekerja dalam beberapa waktu untuk kepentingan agen pusat inteljen di Washinton. Mereka telah menghasilkan sebuah laporan yang amat penting dan dapat dipercaya yang akan menggariskan corak dunia setelah lima belas tahun sejak hari ini, sebagaimana yang mereka lihat melalui berbagai indikasi yang ada di depan mereka.

Pemimpin pasukan koalisi Salib yang bergabung di IraqRichard Myers, mengatakan, “Bahaya sejati dan terbesar yang mengancam keamanan Amerika Serikta (AS) sesungguhnya adalah ektrimesme yang bercita-cita mendirikan Khilafah sebagaimana pada abad ketujuh Masehi. Kelompok ekstrimesme ini telah tersebar di berbagai wilayah yang jutrsu lebih banyak dari pada di Iraq. Akan tetapi, mereka juga bergerak di Iraq dan tersebar di dalamnya serta selalu mendorong pasukan perlawanan untuk menggunakan aktifitas-aktifitas fisik untuk melawan Amerika di Iraq.

Pada 31/01/2006 M, situs al-Syâsyah al-I’lâmiyah al-‘Âlamiyah (Media Monitors) menyebarkan sebuah artikel yang ditulis oleh Nu’man Hanif. Dalam artikle ini terdapat sebuah kajian yang amat mendalam, pendapat yang kuat dan pandangan kedepan mengenai akhir pertempuran antara Barat dan Islam. Dimana, dengan pandangannya ini, Nu’man Hanif akan sampai pada satu kesimpulan, bahwa, “Tidak ada pilihan lain bagi Barat kecuali menerima kepastian hadirnya Khilafah”. Dalam sebuah artikelnya yang berjudul “Khilafah; Tantangan Islam Kepada Sistem Dunia”, tertulis sebuah pernyataan, “Dalam gerakan Islam ekstrim, terkait dengan legitimasi Daulah Khilafah, terdapat semacam keyakinan agama yang mendominasi mereka bahwa Khilafah adalah sebuah benteng yang akan mengembalikan kekuatan Islam dan sebagai wasilah yang akan menantang dominasi Barat. Berdasarkan sumbernya dari al-Quran dan sejarah Islam, Gerakan-gerakan Islam itu memang mengalami perbedaan seputar metode menghidupkan Khilafah; dengan aktifitas jihad, perbaikan atau politik. Akan tetapi, mereka –dengan seluruh khayalannya –semuanya sepakat pada tujuan mengembalikan Khuilafah”.

Nu’man Hanif mengatakan, “Khilafah, sesuai dengan definisinya dalam pandangan Gerakan Islam Sunni, adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum Muslim untuk menerapkan hukum-hukum Syari’ah Islam dan mengemban Rislah Islam ke seluruh dunia”. Nu’man kembali mengatakan, “Gerakan Islam itu telah sukses memberikan sebuah ideology alternatif pengganti ideologi Libral-Skular Barat kepada mayoritas kaum Muslim dimana sample ini sesuai dengan al-Quran. Sementara itu, menghidupakan kembali Khilafah adalah puncak sample tersebut sekaligus satu-satunya sarana untuk menantang tatanan internasional yang didominasi pihak Barat”.

Nu’man juga mengatakan, “Pada faktanya, perkataan bahwa Islam politik telah gagal dikarenakan ketidak mampuannya menyesuaikan diri dengan kemajuan Barat dan kontruksi politik Barat, sesungguhnya tidak dapat dianggap sebagai vonis kegagalan Islam politik. Namun, hal itu justru merupakan bukti lain bahwa Islam dan tatanan politik Barat tidak dapat saling menyesuaikan sampai dari akarnya. Dari sisi lain, berdirinya gerakan-gerakan Islam dengan menyuguhkan frame Khilafah sebagai ganti politik dan sistem model Barat Skular saat ini, sesungguhnya menjadi bukti kesuksesan Islam politik”.

Nu’man kembali mengatakan, “Politik yang tegak diatas penyerangan terhadap ide Khilafah dengan mengaitakannya dengan kekerasan politik gerakan jihad sesungguhnya tidak akan dapat menggeser legalitasnya (Khilafah) yang digali dari al-Quran. Barangkali dunia Islam tidak sepenuhnya setuju dengan metode-metode mengangkat senjata gerakan jihad. Akan tetapi, tentu tidak akan ada lagi perdebatan mengenai legalitas (disyari’atkannya) Khilafah di dalam al-Quran. Sementara itu, gerakan Islam yang mengemban pemikiran politik dan menjauh dari cara-cara kekerasan memiliki seruan yang lebih dalam dan luas. Dimana ia menganggap dirinya sebagai penjaga ide menghidupkan kembali Khilafah. Serangan apapun yang ditujukan kepada Khilafah dianggap sebagai serangan kepada Islam”.

Pada 05/09/2006 M, George W.Bush kembali membicarakan Khilafah. Bush mengatakan, “Mereka itu sesungguhnya berusaha menegakkan kembali negara mereka yang amat unggul, Khilafah Islamiah. Dimana, semuanya akan dipimpin dengan ideologi yang sangat dibenci itu. Sistem Khilafah itu akan mencakup seluruh negeri-negeri Islam yang ada saat ini”.

Dalam konfrensi pers di gedung putih yang terselenggara pada 11/10/2006 M, Bush junior itu membicarakan tentang, “sebuah dunia dimana di dalamnya kelompok ekstrim berupaya merekrut para intlektual untuk merevolusi pemerintahan moderat dan mendirikan Khilafah sebagai gantinya”. Bush menambahkan, “Mereka menginginkan kita pergi, mereka ingin merevolusi pemerintahan dan mereka ingin membentangkan Khilafah Idiologis yang tidak memiliki prinsip-prinsip kebebasan alami dalam keyakinannya.

Situs pemberitaan Gedung Putih pada 20/10/2006 M, mempublikasikan sebuah ungkapan George Bush, “Orang-orang fundamentalis itu bercita-cita mendirikan Daulah Khilafah sebagai sebuah negara hukum dan menginginkan menyebarkan akdiah mereka dari Indonesia hingga Spanyol”.

Mentri pertahanan Amerika, Donald Rumsfeld, dalam sebuah acara perpisahannya mengatakan “Mereka ingin menghancurkan dan menggoyahkan sistem pemerintahan Islam moderat dan mendirikan Daulah Khilafah”.

Dalam sebuah buku yang terbit pada 2007 M dengan judul, “Suqûth wa Shu’ûd al-Daulah al-Islâmiyah (Runtuh dan Berdirinya Daulah Islam)”, karya seorang dosen hukum di Universitas Harvard yang amat terkenal,Prof. Noah Feldman, dikatakan, “Dapat ditegaskan bahwa meningkatnya dukungan rakyat (Islam) terhadap sayri’ah Islam pada kali yang lain pada dewasa ini –meskipun pernah mengalami keruntuhan –akan dapat mengantarkan pada wujudnya Khilafah Islamiah yang sukses”. Dalam bukunya ini, Noah Feldman mengatakan bahwa, ketika suatu kerajaan dan sistem pemerintahan itu telah mengalami keruntuhan, maka sesungguhnya kerajaan dan sistem pemerintahan itu telah runtuh dan tidak akan kembali, sebagaimana yang terjadi pada Sosialisme dan Monarki yang berkuasa, kecuali dalam dua keadaan saja yang sedang terjadi pada saat ini. Pertama, adalah sistem Demokrasi yang dulu telah pernah mendominasi di kerajaan Romania, dan dalam keadaan negara tersebut adalah Negara Islam”.

Penulis ini mengamati sebuah fenomena besar, kuat dan terus berkembang dari Marokko hingga Indonesia; yakni bangsa-bangsa Islam yang menuntut kembalinya Syari’at Islam. Khusunya di negara-negara yang berpenduduk besar, seperti, Mesir dan Pakistan. Penulis ini bertanya-tanya, “Mengapa orang-orang sekarang menuntut kembalinya syari’ah Islam dan tertarik kepadanya? Padahal pendahulu mereka, pada masa kontemporer ini telah membuangnya dan mensifatinya sebagai warisan masa lalu yang telah usang”. Penulis ini kembali mengatakan, “Penyebab yang tersembunyi adalah bahwa para penguasa saat ini telah mengalami kegagalan dalam pandangan bangsa-bangsa itu. Termasuk Barat. Dan sementara itu, bangsa-bangsa Islam saat ini sangat membutuhkan keadilan”. Terlebih lagi, sampai saat ini, tidak ada jajaran ulama’ atau para qadhi sejati sebagaimana dalam masa pemerintahan Islam.

Pusat kajian strategi di Universitas Yordan pernah melakukan sebuah survey yang disebar pada April 2007 M di empat negara besar di dunia Islam (Marokko, MesirIndonesia dan Pakistan) seputar:

1) Dukungan penerapan syari’ah Islam di dunia Islam
2) Bersatu dengan negara-negara lain di bawah bendera seorang Khalifah atau Khilafah
3) Menolak penjajahan asing dan politik negara-negara Barat secara umum
4) Menolak penggunaan kekerasan melawan rakyat sipil

Hasil survey ini membuktikan bahwa prosentasi keseparakatan atas ide-ide di atas mencapailebih 75% pada beberapa maslah. Di Marokko para pendukung penerapan Islam, syari’ah dan Khilafah mencapai 76%, di Mesir 74%, di Pakistan 79% dan di Indonesia 53%.(http://www.hizb.org.uk./hizb/resources/issu…slim-word.html)

Surat kabar al-Hayât, pada 28/07/2007 M, menyebutkan bahwa Zalmay Khalilzad, delegasi Amerika Serikat di PBB, dalam pembicaraannya kepada surat kabar Die Presse Austrian memperingatkan “bahwa, pergolakan di Timur Tengah dan Hadharah Islam dapat menyebabkan terjadinya perang dunia ketiga”. Zalmay menambahkan, “Bahwa Timur Tengah kini sedang melewati sebuah fase transfomasi yang sulit menuju sebuaha ghâyah (puncak tujuan) yang akan menampakkan kekuatan ekstrimisme dan mempersiapkan lahan yang subur bagi terorisme”. Zalmay juga mengatakan, “Dunia Islam akan menggabungkan diri pada sebuah aliran arus Internasional (al-tiyâr al-duwaly) yang sedang mendominasi. Akan tetapi, hal itu tentu membutuhkan waktu yang cukup”.

Zalmay Khalilzad menambahkan kembali, “Orang-orang kolot itu kini telah memulainya. Akan tetapi mereka tidak memiliki kesepakatan pendapat terkait posisi mereka. Sebagian mereka menginginkan kembali pada abad ke enam dan ketujuh Masehi, pada abad dimana Nabi Muhammad di lahirkan”. Zalmay Khalilzad kembali melanjutkan, “Masalah ini mungkin membutuhkan beberapa dekade, sehingga sebagian mereka itu memahami bahwa mereka sesungguhnya dapat tetap menjadi orang-orang Muslim dan dalam waktu yang sama juga dapat bergabung dengan dunia yang baru”.

Pada 24/08/2007 M, Presdiden Prancis, Sarkozy, mengatakan, “Rasanya tidak perlu menggunakan bahasa kayu (kekerasan). Sebab, konfrontasi semacam ini justru disukai oleh kelompok ekstrim yang bermimpi menegakkan Khilafah dari Indonesia hingga Nigeria . Mereka tidak pernah menerima bentuk keterbukaan apapun, mereka juga tidak pernah menerima modernitas dan keberagaman apapun”. Demikian asumsi Sarkozy. Pada waktu ia juga mengatakan, “Sesungguhnya tidak dapat diremehkan adanya kemungkinan konfrontasi antara Islam dan Barat”.

Ketua Dewan Duma (Parlemen Rusia), Mikael Boreyev, menegaskan bahwa “dunia kini sedang menuju penyatuan menjadi lima negara besar; Rusia, Cina, Khilafah Islamiah dan Konfederasi yang mencakup Amerika”. Mikael Boreyev menambahkan, “dan ditambah satu lagi, yaitu India, apabila ia sukses melepaskan diri dari kekuatan Islam yang amat kuat yang mengepungnya”. Demikian Boreyev menuturkan. Pemuatan sebuah peta dunia pada sampul sebuah buku berjudul, “Rusia Emperium Ketiga (al-Rusiya Imbrathuriyah al-Tsâlitsah)”, karya Boreyev nampak sekali disana hanya terdapat sejumlah negara. Sementara, Eropa akan berada dibawah Rusia yang diprediksikan oleh penulis akan menjadi emperyor ketiga (Setelah masa Kekasisaran dan Sosialisme). Boreyev, sebagaimana dirilis oleh surat kabar al-Khalîj al-Imâratiyah, memprediksi negaranya akan kembali menjadi negara emperyor dan akan mendominasi Benua Eropa yang diprediksikan akan segera terhapus negaranya dan runtuh peradabannya. Boreyev memberikan sinyalemen bahwa ia tidak bisa secara pasti meyakini bahwa Rusia akan menduduki benua Eropa. Akan tetapi, ia yakin bahwa hadharah Eropa sedang menuju kehancuran. Dan hal ini pasti akan di duduki atau diperangi oleh negara ini (Rusia) atau negara itu (Khilafah Islamiah atau negara-negara besar lainnya). Ketua Dewan Duma ini memprediksikan bahwa dengan datangnya tahun 2020 M, mayoritas negara-negara di dunia (yang saat ini ada) akan mengalami kehancuran. Dia memberikan isyarat bahwa nanti hanya akan ada limanegara besar, atau emperyor, saja. Yakni; Rusia yang telah menggabungkan Eropa kedalamnya; Cina, yang akan mendominasi negara-negara Timur Tengah dengan kekuatan ekonomi dan militernya; Khilafah Islamiah yang akan membentang dari Jakarta hingga Tangier dan mayoritas daerah Afrika selatan padang pasir; dan Konfederasi yang menggabungkan benua Amerika Utara dan Amerika Selatan. Boreyev melihat bahwa India juga mungkin akan menjadi negara besar jika ia mampu menghadapi kekuatan Islam yang meliputinya. (sumber : majalah alwaie arab edisi khusus)

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites