9 November 2010

Jangan Nodai Masjid Istiqlal dengan Menerima Presiden Negara Penjajah

Seperti yang diberitakan media massa, Presiden AS, Barack Obama, menurut keterangan Dubes RI untuk AS, Dino Patti Jalal, direncanakan akan mengunjungi Masjid Istiqlal, Jakarta, sebelum menyampaikan pidatonya di UI (Kompas.com, 08/11/2010). Masjid Istiqlal, sesuai dengan namanya, adalah masjid yang menjadi simbol kemerdekaan negeri ini dari penjajahan. Karena itu, kunjungan seorang Presiden negara penjajah ke masjid ini, sadar atau tidak, jelas telah menodai masjid yang menjadi simbol kemerdekaan itu. Alih-alih mengusir penjajah, sebagaimana yang dilakukan oleh para pahlawan kemerdekaan, justru pemerintah dan kaki tangannya malah menerima, dan membentangkan karpet merah untuk menyambut kedatangannya, bahkan menginjak-injak simbol kemerdekaan.
Memang benar, bahwa Obama kecil pernah tinggal di Indonesia, sebagai rakyat biasa, tetapi fakta Obama kecil tidak bisa digunakan untuk menghukumi Obama sekarang. Karena, dia kini jelas-jelas telah menjadi seorang Presiden AS, yang bukan hanya telah menjajah negeri-negeri kaum Muslim, tetapi tangannya pun masih berlumuran darah umat Islam, baik di Palestina, Irak, Afganistan maupun Pakistan. Karena itu, status Obama sekarang berbeda dengan Obama kecil. Obama sekarang adalah kepala negara Kafir Harbi fi’lan, dimana negaranya secara nyata sedang berperang dengan negeri-negeri kaum Muslim.
Hukum menerima Obama sebagai Presiden negara Kafir Harbi fi’lan jelas telah diharamkan oleh Islam, apalagi kedatangannya di Indonesia untuk menandatangani Kemitraan Komprehensif, yang sejatinya merupakan legalisasi penjajahan komprehensif AS terhadap Indonesia dalam segala bidang. Islam telah menetapkan, bahwa orang Kafir Harfi fi’lan hanya diperbolehkan masuk dan mendapatkan jaminan keamanan (al-amân), karena satu faktor, yaitu untuk mempelajari Islam, sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Qur’an:
وَإِنْ أَحَدٌ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّىٰ يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّـهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْلَمُونَ ﴿٦﴾
“Dan jika seorang di antara orang-orang Musyrik itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.” (Q.s. at-Taubah [09]: 06)
Selain itu, meski ada ikhtilaf di kalangan ulama’, menurut pendapat yang paling kuat, menerima mereka sama sekali tidak diperbolehkan. Terlebih, jika kedatangannya bukan untuk mempelajari Islam, tetapi untuk melegalkan dan melanggengkan penjajahannya di negeri ini, maka hukumnya haram. Dengan tegas Allah menyatakan:
وَلَن يَجْعَلَ اللَّـهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا ﴿١٤١﴾
“Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (Q.s. an-Nisa’ [04]: 141)
Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan jalan kepada mereka untuk menghancurkan negara orang-orang Mukmin, melenyapkan jejaknya dan membolehkan harta mereka.” (al-Qurthubi, al-Jâmi’ li Ahkâmi al-Qur’ân, V/417).
Karena itu, dengan tegas ayat ini mengharamkan siapapun untuk memberikan jalan kepada kaum Kafir untuk menguasai, menjajah dan menghancurkan negeri kaum Muslim, baik dengan menggunakan kekuatan fisik, seperti pendudukan, maupun non-fisik, seperti ekonomi, politik, pendidikan, budaya dan lain-lain. Kemitraan Komprehensif yang akan diteken oleh Presiden AS, Barack Obama, dengan Presiden RI, Susilo Bambang Yudoyono, adalah alat penjajahan AS terhadap Indonesia. Perjanjian ini merupakan alat yang digunakan oleh AS, bukan hanya untuk melanggengkan penjajahannya, tetapi juga untuk memperluas bidang jajahannya, sehingga semakin memperkokoh penjajahannya di negeri ini.
Sebagaimana penggunaan istilah “Kemitraan Komprehensif”, yang menyesatkan, karena nyatanya bukan kemitraan, tetapi penjajahan, dengan tujuan agar rakyat negeri ini tidak marah dan melakukan perlawanan, maka dipilihnya Masjid Istiqlal sebagai salah satu tujuan kunjungan Obama juga merupakan bagian dari penyesatan. Karena sesungguhnya ini merupakan politik pencitraan, yang digunakan untuk mencitrakan dirinya bersahabat dengan Islam. Harapannya, Obama dan AS, bisa diterima sebagai sahabat umat Islam, karena telah menunjukkan penghormatannya kepada simbol agama umat Islam. Padahal, tangannya masih berlumuran darah umat Islam. Di tempat lain, tangan Obama juga digunakan untuk menghancurkan masjid di Pakistan, termasuk masjid al-Aqsa di Palestina.
Karena itu, kunjungan Obama ke Masjid Istiqlal sesungguhnya bukan merupakan bentuk penghormatan, tetapi justru penghinaan dan penyesatan opini dan politik yang sengaja digunakan untuk menjinakkan perasaan umat Islam yang marah kepada Amerika. Maka, membuka rumah Allah yang mulia kepada Presiden AS itu jelas merupakan pengkhianatan kepada Allah, Rasul-Nya dan seluruh umat Islam. Sekaligus merupakan tindakan kriminal, yang diharamkan oleh Allah. Karena, berarti telah memberikan justifikasi kepada Obama dan AS untuk menjajah negeri ini, dan juga negeri-negeri kaum Muslim yang lain.  Memang benar, ada sebagian  ulama’ membolehkan orang Kafir Ahli Kitab untuk memasuki masjid, tetapi dalam status mereka sebagai Ahli Dzimmah. Namun, jika statusnya sebagai Kafir Harbi fi’lan, yang datang ke rumah Allah ini bukan untuk mempelajari Islam, tetapi untuk menghina dan menistakan Islam dan kaum Muslim, maka tentu hukumnya berbeda. Terhadap orang seperti itu, Allah menyatakan:
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن مَّنَعَ مَسَاجِدَ اللَّـهِ أَن يُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ وَسَعَىٰ فِي خَرَابِهَا ۚ أُولَـٰئِكَ مَا كَانَ لَهُمْ أَن يَدْخُلُوهَا إِلَّا خَائِفِينَ ۚ لَهُمْ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌ وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ ﴿١١٤﴾
“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalanghalangi menyebut nama Allah dalam mesjid-mesjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (mesjid Allah),  kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.”(Q.s. al-Baqarah [02]: 114)
Karena itu, kami menyerukan dari lubuk hati yang paling dalam, agar pihak otoritas Masjid Istiqlal menolak kunjungan Presiden AS, Barack Obama, itu ke masjid yang mulia ini. Jika tidak, maka Allah akan mencatat pengkhianatannya kepada-Nya, Rasul dan seluruh umat Islam. Kelak, mereka akan menyesali perbuatannya, sementara mereka dalam keadaan terhina.
Ya Allah, saksikanlah, bahwa kami telah menyampaikan.
Jakarta, 9 Nopember 2010

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites