Meski secara persentase menurun, jumlah warga miskin di Jawa Barat
justru meningkat. Pendatang dari luar provinsi dituding sebagai
penyumbang tambahan jumlah penduduk miskin.
“(Penduduk miskin) naik 2.180 orang pada September 2011,” kata
Kepala Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, Lukman Ismail,
Senin (2/1).
Kenaikan ini dihitung dari data sebelumnya yang dilansir Maret 2011.
Per September 2011, penduduk miskin terdata 4.650.810 orang. Sementara
pada Maret 2011, angkanya adalah 4.648.630 jiwa.
Lukman mengatakan, kemiskinan juga sangat dipengaruhi nominal garis
kemiskinan. Nominal ini adalah angka rata-rata pengeluaran per kapita
per bulan, yang dianggap mencukupi kebutuhan minimal.
Dari Maret-September 2011, kata Lukman, terdata kenaikan rata-rata
nominal garis kemiskinan sebesar 2,73 persen, dari Rp 220.098 pada
Maret 2011 menjadi Rp 226.097 pada September 2011.
“Peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan masih besar,”
kata Lukman. Yaitu mencapai 70,18 persen untuk perkotaan, dan 75,83
persen di pedesaan. Rata-rata andil makanan terhadap garis kemiskinan
adalah 72,83 persen.
Data BPS menyebutkan pula, semakin banyak penduduk perdesaan yang
jatuh miskin. Dalam rentang Maret-September 2011, penduduk miskin di
pedesaan bertambah 28.520 orang. Meskipun, lagi-lagi secara persentase
mengalami penurunan, dari 56,51 persen pada Maret 2011 menjadi 43,49
persen pada September 2011.
Sedangkan penduduk miskin di perkotaan, jumlahnya berkurang 26.340
orang. Namun dari sisi persentase, turun tipis dibandingkan Maret 2011.
Yaitu dari 57,11 persen menjadi 56,51 persen. Kesenjangan penduduk
miskin dengan orang tak miskin, baik di perkotaan di perdesaan, tetap
curam dengan mencatatkan penurunan tipis persentase. (republika.co.id,
2/1/2012)
0 komentar:
Posting Komentar