oleh: Farid Wadjdi Ketua Lajnah Siyasiyah Hizbut Tahrir Indonesia
Penjajahan Barat di Dunia Islam
Tahun 2011 telah berlalu. Secara umum tidak banyak perubahan mendasar
yang terjadi di dunia Islam. Negeri-negeri Islam masih menjadi objek
imperialisme negara-negara Kapitalisme dunia. Irak, Afghanistan, dan
Pakistan masih diduduki. Pangkalan militer Amerika tersebar di antero
dunia Islam terutama di Timur Tengah. Cerminan pendudukan Amerika yang
disetujui para bonekanya.
Meskipun Amerika menarik pasukannya dari Irak pada Desember ini,
negara itu malah memperkuat posisinya di negara-negara Timur Tengah.
Ketua Gabungan Kepala Staf mengatakan kepada anggota Kongres bahwa
Amerika Serikat harus memperkuat kehadiran militernya di Kuwait untuk
melawan pengaruh Iran yang terus tumbuh di Irak dan kawasan Teluk.
Amerika Serikat, yang memiliki 29 ribu tentara di Kuwait, 7 ribu di
Bahrain dan Qatar, 3 ribu di UAE, dan 258 militer di Arab Saudi,
menginginkan Kuwait untuk mengakomodasi tentaranya yang ditarik dari
Irak, yang jumlahnya diperkirakan 24 ribu tentara
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS, Leon mengatakan Kamis (13/10)
kepada para anggota parlemen bahwa sepuluh ribu pasukan AS akan ditarik
dari Afghanistan sebelum akhir tahun ini seperti yang direncanakan,
namun 23 ribu orang tentara yang dikirim oleh Barack Obama ke
Afghanistan akan tetap menduduki wilayah itu sampai musim panas 2012.
Di bidang ekonomi, negeri Islam yang kaya menjadi obyek eksploitasi
perusahan-perusahan negara Imperialis dari Maroko hingga Maruke.
Sementara rakyat dunia Islam , sebagian besar hidup miskin.
Amerika juga masih menggunakan rezim-rezim represif yang menjadi
bonekanya untuk menekan perjuangan syariah dan Khilafah. Seperti yang
terjadi di Uzbekistan, Tajikistan, Kazhastan, Bangladesh, dan Pakistan.
Situs uznews.net mempublikasikan sebuah laporan dengan judul:
“Penyiksaan Terus Menyertai Para Tahanan Yang Dituduh Melakukan
Kejahatan Keagamaan“. Para aktivis hak asasi manusia melaporkan
kasus-kasus baru, seperti penyiksaan, dan pemalsuan tuduhan-tuduhan baru
di penjara-penjara Uzbekistan terhadap orang-orang dipenjara karena
alasan keagamaan dan orang-orang yang masa hukumannya hampir habis.
Ketua Kelompok Inisiatif Independen Hak Asasi Manusia Uzbekistan
(IGNPU), Surat Ikramov mengangkat bahwa kasus baru ini menimpa dua
orang bersaudara dituduh menjadi anggota Hizbut Tahrir.
Rezim Kazahstan pada tanggal 22/9/2011 mengeluarkan undang-undang
yang berisi larangan melakukan shalat di lembaga-lembaga dan
departemen-departemen pemerintah. Termasuk melarang melakukan syiar
Islam apapun di tempat-tempat milik pemerintah ini. Berdasarkan
undang-undang ini semua masjid dan tempat-tempat pelaksaan shalat di
semua tempat milik pemerintah tersebut harus ditutup.
Adapun di Bangladesh, sebagaimana dilaporkan situs islamtoday.net
(18/1/2011) dengan mengutip Surat kabar The Guardian terungkap
keterlibatan intelijen Inggris pada pusat-pusat penyiksaan di
Bangladesh, yang diadopsi oleh pemerintah untuk Partai Buruh Inggris.
Menurut laporan yang dibuat oleh Jacqui Smith, mantan Menteri Dalam
Negeri Inggris, bahwa ia sangat khawatir tentang penggunaan penyiksaan
di Bangladesh oleh badan-badan intelijen Inggris. Yang menjadi objek
penyiksaan di Bangladesh disamping lawan politik penguasa , adalah
aktifis Islam Hizbut Tahrir yang memperjuangkan tegaknya syariah Islam.
Nasib Muslim Minoritas
Sementara itu monoritas muslim di daerah-daerah yang mayoritas
dikuasai oleh orang-orang kafir nasibnya sangat menyedihkan.
Pembantaian, diskriminasi, pelecehan, merupakan perkara yang berulang
yang dialami kaum muslimin Rusia, muslim Pattani di Thailand (rezim
Budha), muslim di India ,Khasmir, dan Srilanka (rezim Hindu), muslim di
Moro (Philipina), muslim di Xianjiang (China Selatan).
Menurut Situs islamtoday.net (12/8/2011) berdasarkan laporan Pew
Forum on Religion and Public Life mengungkap bahwa kaum Muslim
dilecehkan di 117 negara, termasuk negara-negara Eropa yang melarang
cadar (niqâb) dan adzan. Cina adalah negara yang paling memaksakan
pembatasan kebebasan beragama dan pelaksanaan ritual-ritual keagamaan,
dan kemudian disusul Prancis yang menempati urutan ketiga karena
melarang cadar (niqâb).
Muslim Uighur dihalangi untuk menunaikan ibadah haji. “Kita tidak
bisa mendapatkan paspor,” kata Mehmet Ali, bukan nama sebenarnya, kepada
surat kabar The Hindutimes.com, Senin (31/10).Mehmet mengatakan untuk
berhaji, Muslim Uighur harus membayar 70 ribu Yuan. Bukan harga yang
mereka persoalkan, namun kesulitan permohonan paspor yang menjadi
masalah. Pemerintah Cina dengan sengaji mempersulit permohonan paspor
untuk bisa menunaikan ibadah haji.
Situs almokhtsar.com,(23/11/2011) memberitakan penghancuran sebuah
masjid di distrik Mullaitivu, di Provinsi Utara Sri Lanka oleh kaum
ekstrimis Hindu, lalu dibangun sebuah pusat Hindu untuk meditasi dan
tempat yoga. Padahal, kaum Muslim sudah tinggal di daerah ini sejak
tahun 1965, dan jumlah keluarga Muslim ada 165 keluarga pada saat itu.
Masjid Firdaus selama ini menjadi tempat kaum muslim menjalankan
shalat lima waktu
Nasib Muslim di Negara Barat
Nasib yang sama dialami kaum muslim di negara-negara yang mengklaim
demokratis dan menyunjung HAM. Islamophobia yang bercampur dengan
Xenophobia meningkat di Eropa. Dukungan terhadap kelompok
ultranasionalis pun meningkat.Mulai dari pelemparan masjid, penghinaan
terhadap Rosulullah SAW, tindakan kriminalitas karena agama dan ras,
hingga tindakan resmi negara seperti pelarangan menggunakan busana
muslimah (niqab), pelarangan pembangunan masjid. Semua dilakukan atas
nama keamanan negara dan kewajiban negara mempertahankan sukulerisme.
Menurut FBI bahwa kejahatan dan pelanggaran ringan terhadap umat
Islam mengalami peningkatan sebesar 50% antara 2009 dan 2010. Situs
berita islamtoday.net (15/11/2011) melaporkan statistik dari FBI
jumlah total tindak kekerasan terhadap kaum muslim meningkat dari 107
pada 2009 menjadi 160 pada 2010, yakni naik 49%.
Badan Intelijen Pusat AS (CIA) memberikan bantuan kepada Kepolisian
Distrik New York (NYPD) untuk memata-matai warga Amerika, khususnya
Muslim. Sejak serangan 11 September, dengan bantuan CIA, NYPD mengirim
petugas yang menyamar ke lingkungan minoritas sebagai bagian dari
program pemetaan manusia, kantor berita AP melaporkan Rabu (24/8).
Majalah satir Prancis Charlie Hebdo mengangkat Nabi Muhammad sebagai
“pemimpin redaksi” untuk terbitan terbaru guna menandai kemenangan
Partai Islamis Ennahda di Tunisia. Majalah itu akan diganti nama menjadi
Sharia Hebdo. ”Untuk merayakan kemenangan Partai Islamis Ennahda di
Tunisia, Charlie Hebdo mengangkat Muhammad sebagai pemimpin redaksi
dalam edisi mendatang,” kata majalah itu dalam satu pernyataan
Yang menarik , meskipun terjadi stigmanisasi yang massal dan
sistematis terhadap ajaran Islam dan kaum muslimin. Jumlah pendudukan
Eropa dan Amerika yang masuk Islam semakin bertambah. Terutama wanita
eropa berpendidikan menengah keatas. Berdasarkan hasil penelitian
lembaga penelitian Inggris “Faith Matters” menunjukkan bahwa angka warga
Inggris yang memeluk sebenarnya mencapai 100 ribu, di mana setiap
tahunnya ada 5000 orang baru yang memeluk Islam.
Padahal selama ini yang sering kali menjadi obyek penghinaan adalah
syariah Islam yang berkaitan dengan wanita. Ajaran Islam yang bersumber
dari Allah SWT, yang sesuai dengan fitrah , dan memuaskan akal
manusiak karena dibangun atas dasar prinsip tauhid (keesaan Allah SWT)
, mampu mengalahkan sterotif negatif yang berupaya dibangun untuk
menjauh masyarakat dari Islam.
Syariah Islam yang komprehensif yang dipraktikkan meskipun secara
parsial seperti ajaran kasih sayang dalam keluarga, integritas untuk
menjaga kehormatan wanita dan keluarga, menghormati yang tua, hingga
pakaian muslimah yang menjauhkan wanita dari sikap ekploitasi keji
kapitalisme telah memikat banyak pihak untuk memeluk ajaran Islam.
Arah Perubahan Di Timur Tengah
Yang sangat membedakan dunia Islam adalah perkembangan di Timur
Tengah. Berupa kejatuhan rezim-rezim represif. Di awali dari tumbangnya
Zainal Abidin bin Ali di Tunisia, mundurnya Mubarak di Mesir, hingga
berakhirnya rezim represif Gadzafi secara tragis di Libya. Saat ini
beberapa wilayah masih terus bergolak seperti Yaman dan Suriah.
Negara-negara yang selama ini dikenal benar-benar ‘under control’
penguasanya pun dipastikan akan turut bergoyang seperti Yordania, Saudi
Arabia, Bahraian, dan lain-lain.
Gerakan rakyat yang bergerak penuh dengan keberanian mampu
menumbangkan para rezim ini. Meskipun ditengah jalan , arah perubahan
di bajak oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Perubahan diarahkan ke
demokratisasi. Tanpa malu AS pun mengklaim dirinya sebagai pahlawan yang
mendorong perubahan di Timteng. Meskipun nyata-nyata , negara bengis
ini yang selama ini mendukung rezim represif . Mereka kemudian berubah
arah seakan memihak rakyat , setelah melihat para bonekanya tidak lagi
bisa dimanfaatkan.
Namun Barat tahu, bahwa perubahan di Timur Tengah, tidak bisa
dilepaskan dari faktor Islam yang telah menjadi cultur dan syu’ur kaum
muslimin disana. Tidak mengherankan kalau mereka membungkus tawaran
ide-ide kapitalisme dengan Islam. Muncullah istilah ad daulah al
Madaniah (negara madani/civil society), al islam al mu’tadil ( Islam
moderat) yang merupakan istilah racun (poison words). Sebab inti dari
semua ide itu adalah penerimaan terhadap sistem sekulerisme ,demokrasi,
dan pluralisme yang bertentangan dengan Islam. Yang mereka maksud
dengan Islam moderat adalah Islam yang mengakomodasi pemikiran Barat
seperti demokrasi , Ham dan Pluralisme. Dan yang menerima kebijakan
penjajahan Barat atas nama keterbukaan dan sikap inklusif .
Pertanyaannya berhasilkah Barat dengan strategi ini ? Apakah akan
membawa perubahan berarti bagi masyarakat Timur Tengah ? Jawabannya
sangat jelas. Barat akankembali gagal. Dan tawaran ide-ide Barat yang
berbungkus Islam pun akan gagal. Sebab semuanya tetap melestarikan
penjajahan Barat yang menjadi pangkal persoalan utama di Timur Tengah
dan negeri Islam. Melestarikan ideologi kapitalisme dan campur tangan
asing.
Sayangnya, Partai-partai pemenang pemilu –berbasis Islam- justru
terjebak pada tekanan Barat denganmengusung ide-ide Barat seperti
demokrasi, liberalisme dan pluralisme. Partai an Nahdha yang menang di
Tunisia berjanji tidak akan mengubah sekulerisme yang sudah menjadi asas
negara di Tunisia. Sebagaimana dikutip dari situs
http://english.alarabiya.net (5/11) Partai an Nahda yang akan memerintah
di Tunisia pasca tumbangnya Zainal Abidin bin Ali akan fokus pada
demokrasi, hak asasi manusia dan ekonomi pasar bebas dalam rencana
perubahan konstitusi. Partai ini tidak akan menggunakan agama sebagai
rujukan teks dan rancangan yang konstitusi yang akan disusun dan tetap
menjamin Tunisia sebagai negara sekuler .
Beberapa partai yang berbasis Islam pun melakukan kerjasama rahasia
dengan negara-negara Barat. Sebuah tindakan bunuh diri secara politis.
Secara hukum syara’ juga adalah haram bekerjasama dengan negara-negara
muhariban fi’lan yang telah membunuh jutaan kaum muslimin dan merampok
kekayaan alam dunia Islam. Sekali lagi, Tanpa syariah dan Khilafah ,
akan pasti gagal, sekali lagi pasti gagal. Sebab hanya penegakan
syariah Islam dan Khilafah yang bersumber dari Allah SWT lah yang akan
menyelesaikan persoalan dunia Islam termasuk di Timur Tengah.
Hanya dengan menerapkan syariah Islam-lah secara total yang
merupakan bukti keimanan kepada Allah SWT dan ketaqwaan , kemenangan
akan diraih. Hal ini ditegaskan Allah SWT.Dalam Al Qur’an QS A’raf 96
Allah SWT berfirman : Seandainya penduduk suatu negeri beriman dan
bertaqwa, sungguh kami akan membukakan bagi mereka pintu berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan(ayat-ayat Kami), maka kami
menyiksa mereka karena perbuatan mereka.
Menanti Gelombang ke-5
Insya Allah umat pasti akan memasuki gelombang terakhir dari
perjalanan umat Islam pasca runtuhnya Khilafah Islam tahun 1924.
Sebutlah gelombang I merupakan era ketika pemerintah kolonial
mengokohkan penjajahan negeri-negeri Islam secara langsung.
Mereka mengirim pasukan-pasukan kolonial ke negeri-negeri Islam.
Namun mereka menyadari cara seperti ini pasti berujung kegagalan. Kaum
muslim akan mudah bergerak, karena musuh mereka jelas di depan mata
yaitu tentara-tentara asing. Disamping juga membutuhkan biaya yang
mahal.
Gelombang ke-dua, adalah ketika penjajah Barat , memberikan
kemerdekaan ‘semu’ kepada negeri-negeri Islam. Semu karena mereka belum
benar-bener memberikan kemerdekaan. Pasukan kolonial sebagain besar
menarik diri dari negeri Islam. Namun penjajahan tetap berlangsung
melalui penguasa-penguasa boneka anak negeri Islam sendiri. Mereka pun
memastikan yang berlaku bukanlah syariah Islam tapi sistem Barat.
Kemudian masuklah umat Islam pada gelombang ketiga. Saat,
penguasa-penguasa boneka Barat bertindak represif terhadap rakyatnya
sendiri. Karena mereka lebih mengutamakan melayani tuan-tuan
imperialisme mereka. Untuk mendapat dukungan negara-negara Barat mereka
mempersilahkan kekayaan alam negeri Islam dieksploitasi sementara
rakyatnya miskin. Sementara setiap upaya perjuangan syariah Islam
ditindak secara represif, karena hal ini akan mengancam kepentingan
penjajahan.
Mereka menangkapi,menyiksa, membunuh, para pejuangan syariah Islam.
Penguasa tipe seperti ini silih berganti di negeri Islam baik berupa
raja atau pun presiden atau perdana menteri. Diantaranya adalah Suharto
di Indonesia, Saddam Husain di Irak, Husni Mubarak di Mesir , Zainal
Abidin bin Ali di Tunisia, termasuk Gadzdzafi di Libya. Rezim inipun
tumbang.
Masuklah umat Islam pada gelombang keempat, dimana Barat terpaksa
memberikan demokrasi yang mereka bungkus dengan istilah-istilah Islam.
Mereka berusaha menyesatkan kaum muslim. Tapi hal ini juga akan gagal.
Kondisi kegagalan ini diperkuat dengan semakin melemahnya negara-negara
utama kapitalism dunia seperti Amerika Serikat dan Eropa. Krisis di
negara Barat akan membuat mereka tidak bisa mendukung sepenuhnya
penguasa-penguasa boneka baru yang menjadi andalan mereka.
Insya Allah, umat Islam akan masuk gelombang kelima. Dimana rakyat
tidak lagi bisa ditipu. Mereka menyadari bahwa sistem apapun yang
berasal dari ideologi Barat penjajah tidak akan memberikan kebaikan.
Baik itu dibungkus dengan istilah Islam atau kata-kata penyesatan lain
atau tidak. Umat pada gilirannya akan dengan tegas menolak
demokrasi,pluralisme, liberalisme , dan ide-ide sesat lainnya.
Saat itulah , umat hanya akan percaya kepada Islam dengan syariah dan
Khilafahnya. Umat tidak ada pilihan lain saat itu kecuali mendukung
tegaknya syariah dan Khilafah. Umatpun akan memberikan kepercayaan
mereka sepenuhnya kepada kelompok dakwah yang dengan serius selama ini
memperjuangkan syariah dan Khilafah. Mereka tidak lagi percaya kepada
ulama-ulama salatin yang menjadi kaki tangan penjajahan. Saat itulah
tegaknya Khilafah sudah di depan mata. Insya Allah ! (eramuslim.com,
21/12/2011)
0 komentar:
Posting Komentar