19 November 2011

Bertakwa dan Berkata Benar

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

 
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar (TQS al-Ahzab [33]: 70-71).


Lidah  tak  bertulang. Ungkapan ini biasa digunakan untuk menggambarkan  betapa mudahnya  orang  untuk berbicara. Padahal, meskipun terasa ringan, setiap kata yang keluar  darinya,  mendatangkan konsekuensi.  Bahkan  konsekuensinya kadang tidak ringan. Maka lidah bagaikan pisau bermata dua. Bisa menjadi senjata yang  menyelamatkan  pemiliknya atau berbalik menikam pemiliknya.  Inilah  yang  banyak tidak disadari orang.

Agar  tidak  salah  mengeluarkan perkataan, ayat ini penting  untuk  dijadikan  sebagai panduan.

Perintah  Bertakwa  dan Berkata Benar

Allah  SWT  berfirman:  Yâ ayyuhâ  al-ladzîna  âmanû  [i]ttaqûl-Lâh (hai  orang-orang  yang beriman, bertakwalah kamu kepada  Allah).  Seruan  ayat  ini ditujukan  kepada  orang-orang Mukmin.  Mereka  diperintahkan [i]ttaqûl-Lâh (bertakwa  kepada Allah).  Secara  bahasa,  al-taqwâ berarti  menjadikan  diri  dalam perlindungan  dari  segala  yang menakutkan. Oleh karena itu, al-taqwâ terkadang  bermakna  al-khawf, seperti dalam firman-Nya: Wa [i]ttaqû al-nâr al-latî u'iddat li al-kâfirîn (dan peliharalah dirimu dari api neraka yang disediakan untuk  orang-orang  yang  kafir, (TQS Ali Imran [3]: 131).

Secara syar'i, al-taqwâ didefinisikan sebagai penjagaan diri dari  perbuatan  dosa.  Hal  itu dilakukan dengan melaksanakan kewajiban  dan  meninggalkan larangan.  Di  samping  itu,  menurut al-Raghib al-Asfahani, juga disempurnakan dengan meninggalkan sebagian perkara mubah.

Dalam  Alquran,  perintah untuk  bertakwa  amat  banyak. Selain ayat ini, juga dalam QS al-Baqarah  [2]:  98,  196,  278,  Ali Imran [2]: 130, al-Nisa [4]: 9, dan lain-lain.  Bahkan  dalam  awal surat ini, perintah untuk bertakwa  juga  ditujukan  kepada  Rasulullah SAW dengan firman-Nya: Hai  Nabi,  bertakwalah  kepada Allah  dan  janganlah  kamu  menuruti  (keinginan)  orang-orang kafir  dan  orang-orang  munafik (TQS al-Ahzab [33]: 1).

Kemudian  diiringi  dengan diperintahkan: wa qûlû qawl[an] sadîd[an] (dan  katakanlah  perkataan yang benar). Kata al-sadîd merupakan  bentuk  shifah  musyabbahah dari  kata  al-sadâd. Dalam Mukhtâr al-Shihhah dijelaskan bahwa al-sadâd berarti al-shawâb wa al-qashd min al-qawl wa  al-'amal (ucapan  dan  perbuatan yang benar dan lurus). Al-Raghib mengatakan, pengertian al-sadâd adalah  istiqâmah.  Sedangkan  menurut  al-Syaukani, kata  al-sadîd diambil  dari  kata tasdîd  al-sahm (membetulkan anak  panah)  agar  tepat  sasarannya.

Dalam  konteks  ayat  ini, sadîd[an] bisa berarti shawâb[an] (benar) sebagaimana dijelaskan Ibnu  'Abbas.  Menurut  Qatadah bermakna 'adl[an] (adil). Tak jauh berbeda, al-Hasan menafsirkannya sebagai shidq[an] (jujur). Ada pula yang memaknainya mustaqîm[an] (lurus). Sedangkan menurut 'Ikrimah, sadîd[an] dalam ayat ini bermakna ucapan lâ ilâha illâl-Lâh. Dengan demikian, perkataan  yang  diperintahkan  keluar dari orang Mukmin adalah qawl[an]  sadîd[an].  Yakni,  perkataan yang benar, adil, jujur, dan lurus. Tentu saja, kriteria, batasan, dan koridornya didasarkan pada Islam. Perintah bertakwa yang disebutkan sebelumnya jelas menunjukkan kesimpulan tersebut.

Sebagaimana dijelaskan al-Syaukani, takwa yang diperintahkan itu meliputi seluruh urusan. Itu artinya, ketaatan kepada perintah dan larangan-Nya mencakup semua hal, dalam perbuatan maupun ucapan. Oleh karena itu, frase qûlû qawl[an] sadîd[an] di sini berkedudukan sebagai 'athf al-khâsh  'alâ  al-'âmm (menambahkan  yang  khusus  kepada yang umum). Penyebutan secara khusus  tersebut  menunjukkan pentingnya berkata benar bagi kaum Mukmin.

Menurut zhahir-nya ayat ini, perintah berkata benar tersebut berlaku  umum  untuk  semua perkara. Tidak  hanya  dikhususkan  untuk  satu  jenis  perkara. Oleh  karena  itu,  sebagaimana dijelaskan  al-Sa'di,  membaca (Quran), dzikir, amar ma'ruf, nahi munkar,  belajar  dan  mengajarkan  ilmu,  dll  termasuk  dalam cakupan  qawl[an]  sadîd[an]. Demikian juga berdakwah, mendamaikan  perselisihan  antar Mukmin, dan lain-lain.

Dengan demikian, berkata benar, jujur, adil, dan lurus merupakan  karakter  setiap  Mukmin. Sikap  tersebut  diambil  bukan didasarkan  pada  nilai  manfaat yang  akan  diperoleh,  namun didasarkan  kepada  ketakwaan. Sehingga, apa pun hasilnya, sikap  itu  harus  dilakukan  secara konsisten.  Rasulullah  SAW  bersabda:  Katakanlah  kebenaran walaupun  pahit  (HR  al-Baihaqi dari Anas).

Selain  sebagai  perintah berkata benar, ayat ini juga bisa dipahami  sebagai  larangan berlaku  sebaliknya.  Sebagaimana perkataan benar dapat mengantarkan pelakunya ke surga, perkataan batil juga bisa menjerumuskan  pelakunya  ke  dalam neraka. Sebut saja misalnya syahâdat  al-szûr (kesaksian  palsu) yang  terkategori  sebagai  dosa besar. Demikian juga dosa besar lainnya,  seperti  kemusyrikan, menghalangi manusia dari jalan Allah, durhaka kepada orang tua dll, bisa dilakukan oleh lisan. Dari Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang  penyebab  terbesar  yang membawa masuk  surga.  Beliau menjawab, “Taqwa kepada Allah dan  akhlak  yang  baik.”  Dan  ditanya  penyebab  terbesar  yang membawa manusia masuk neraka, maka beliau  menjawab, “Dua rongga  badan  yaitu  mulut  dan kemaluan.” (HR al-Tirmidzi).

Diperbaiki  Amalnya  dan Diampuni Dosa-dosanya

Terhadap orang yang menjalankan  perkara  yang  diperintahkan tersebut dijanjikan mendapatkan dua perkara. Pertama: yushlih  lakum  a'mâlakum (niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu).  Ishlâh  al-a'mâl bisa berarti taufik dan kemudahan  yang  diberikan  Allah SWT  terhadap  mereka  dalam mengerjakan  amal  shalih.  Ibnu Jarir al-Thabari adalah di antara mufassir menafsirkan demikian. Pengertian  ini  juga  sejalan  dengan QS al-Lail [92]: 5-6. Bisa pula berarti memperbaikinya dengan menerima dan memberikan pahala  kepada  mereka.  Demikian al-Nasafi dan al-Baidhawi dalam tafsir mereka.

Kedua:  wa  yaghfir  lakum dzunûbakum (dan mengampuni bagimu  dosa-dosamu).  Artinya, dosa-dosa  dimaafkan,  kesalahan-kesalahan mereka ditutup, mereka  tidak  ditimpakan  azab. Hal  ini  juga  ditegaskan  dalam TQS al-Thalaq [65]: 5. Dua balasan kebaikan  itu  tentu  merupakan seuatu yang menjadi kebutuhan setiap manusia.

Kemudian ditegaskan lagi: wa man yuthi'il-Lâh wa rasûlahu (dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya). Jika dilihat pengertiannya, frase ini memberikan penegasan terhadap perkara yang telah disebutkan sebelumnya.  Sebab,  ketaatan  terhadap Allah SWT dan rasul-Nya merupakan aplikasi riil bertakwa kepada-Nya.

Mereka diberitakan: faqad fâza  fawz[an]  azhîm[an] (maka sesungguhnya  ia  telah  mendapat  kemenangan  yang  besar). Menurut Ibnu Manzhur, kata al-fawz berarti al-najâ` wa al-zhafar bi al-umniyah wa al-khayr (selamat dan berhasil  meraih sesuatu yang diharapkan dan kebaikan). Dijelaskan al-Jazairi, kemenangan besar yang dimaksud adalah teraihnya  tujuan  yang  diharapkan. Yakni, selamat dari neraka dan  berhasil  masuk  surga.  Tak jauh  berbeda,  al-Baidhawi  mengatakan, di dunia terpuji dan di akhirat berbahagia.

Dalam  Alquran,  banyak ayat  yang  menyebut  balasan surga  dengan  berbagai  kenikmatan di dalamnya sebagai al-fawz al-'azhîm. Di antaranya adalah QS al-Nisa' [4]: 13, al-Maidah [5]: 119, al-Taubah [9]: 72, 89, 100, dll. Juga disebut sebagai al-fawz al-kabîr (lihat al-Buruj [85]: 11).

Inilah  kunci  sukses  bagi setiap manusia yang selamat dan bahagia di dunia dan akhirat: taat terhadap seluruh ketentuan syariah-Nya.  Terutama  menjaga lisannya agar senantiasa berkata benar!  Wal-Lâh  a'lam  bi  al-shawâb. [media-umat.com/www.taman-langit7.co.cc]

Ikhtisar:

1.Kaum Mukmin diperintahkan bertak- wa dan berkata benar.
2.Balasan yang dijanjikan kepada mereka yang mengerjakan perintah tersebut: diperbaiki amalnya dan diampuni dosa-dosanya.
3.Orang yang menaati Allah SWT dan rasul-Nya niscaya memperoleh kemenangan besar.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites