10 Mei 2010

Doa

Suatu ketika, dalam Perang Badar, Rasulullah saw. pernah meminta pertolongan kepada Allah Swt. dan berdoa kepada-Nya begitu lama, begitu khusyuk dan sungguh-sungguh hingga baju luar Beliau jatuh. Lalu Abu Bakar ra. berkata kepada Beliau, “Wahai Rasulullah, sudah cukup doamu kepada Tuhanmu. Sungguh, Dia akan menunaikan apa yang telah Dia janjikan kepadamu.” (HR Muslim, at-Tirmidzi dan Ahmad). 

Abu Bakar benar. Allah Swt. kemudian memberikan kemenangan kepada Rasulullah saw. dan kaum Muslim dalam Perang Badar atas orang-orang kafir.

Ketika hijrah, Rasulullah saw. melepaskan ‘panah’ doa kepada Suraqah. Tiba-tiba, kuda Suraqah terperosok ke tanah setiap kali terkena ‘panah’ doa Rasulullah saw. Suraqah baru berhenti dari kesalahannya setelah berjanji kepada Rasulullah saw. dan Abu Bakar ra. bahwa ia akan membiarkan keduanya meneruskan perjalanan (HR al-Bukhari, Muslim dan Ahmad).

Dengan doa pula, Nabi Nuh as. beserta kaum Mukmin diselamatkan oleh Allah Swt., sementara orang-orang kafir ditenggelamkan (QS al-Qamar [54]: 10-14); Nabi Yunus as. diselamatkan oleh Allah dari perut ikan paus (QS al-Anbiya’ [21]: 87-88); Nabi Ayyub as. diangkat musibahnya oleh Allah (QS al-Anbiya’ [21]: 83-84); Nabi Musa as. diselamatkan oleh Allah dari kejaran Fir’aun dan pasukannya (QS al-Qashash [28]: 21).

Contoh-contoh semisal ini sangat banyak. Karena itu, doa tidak bisa dianggap sepele. Para nabi dan rasul, termasuk Baginda Rasulullah saw. sendiri biasa berdoa, bahkan dengan kadar yang sangat luar biasa. Sebab, selain merupakan bentuk ibadah kepada Allah, doa juga merupakan faktor penting bagi datangnya kebaikan, hilangnya keburukan, turunnya rahmat, sirnanya penderitaan dan tercapainya kemenangan. 

Karena itu, setiap aktivis Islam hendaknya terbiasa memanjatkan doa dan memohon kemenangan kepada Allah Swt. demi kejayaan Islam dan kemuliaan kaum Muslim. Jika ia ingin mengajak seseorang untuk berkomitmen dengan Islam, hendaknya ia berdoa kepada Allah agar memberinya hidayah melalui perantara dirinya. Jika ia telah membuat suatu rencana dakwah, hendaklah ia memperbanyak berdoa kepada Allah agar rencana dakwahnya sukses dan penuh berkah.

Sungguh aneh kalau ada aktivis Islam yang jarang berdoa untuk kemuliaan Islam dan kemenangan dakwahnya. Sama anehnya jika ia tidak pernah mendoakan kedua orangtuanya, saudara-saudaranya, para sahabatnya dan kaum Muslim secara umum. 

Yang juga aneh, ada aktivis Islam yang tidak pernah sekalipun mendoakan atau memintakan ampunan untuk amir atau qiyâdah-nya, guru atau ustadznya—yang selama ini mengajarinya ilmu-ilmu agama dan membinanya—baik saat mereka hidup maupun setelah mereka meninggal dunia. 

Padahal, lihatlah Imam Ahmad, yang selalu mendoakan Imam Syafii, gurunya, setiap usai shalat. Suatu ketika ia berkata kepada putra Imam Syafii, “Ayahmu adalah salah seorang dari enam orang yang selalu aku doakan setiap usai shalat.”

Setiap aktivis Islam hendaknya mengingat di dalam doanya siapa saja yang pernah berkontribusi besar untuk Islam; misalnya mereka yang pertama kali berdakwah ke jalan Allah di daerahnya, kampusnya atau negaranya. Dulu Kaab bin Malik ra. sering mendoakan Saad bin Zurarah ra. dan memintakan ampunan kepada Allah Swt. untuknya setiap kali mendengar azan shalat Jumat. Putra Kaab bin Malik sampai bertanya, “Ayah, mengapa setiap kali mendengar azan shalat Jumat, Ayah mendoakan Saad bin Zurarah?” Kaab bin Malik berkata, “Anakku, Saad bin Zurarah adalah orang yang pertama kali menyelenggarakan shalat Jumat di Madinah.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah dan al-Hakim).

Setiap aktivis Islam sejatinya membiasakan diri mendoakan pendiri sekaligus perintis gerakan dakwahnya; para pendahulunya dalam jamaah dakwahnya yang telah meninggal dunia; amir dan qiyâdah-nya; para pengurus, musyrif dan para dâris-nya; juga mendoakan seluruh aktivis Islam yang berjuang untuk menolong Islam dan kaum Muslim.

Aktivis Islam juga hendaknya rutin mendoakan para tawanan Muslim di seluruh dunia. Mereka lebih berhak didoakan. Sebab, mereka banyak yang menderita dan mengalami berbagai macam kesulitan yang tiada henti; mereka berada di tangan musuh yang dapat berbuat apa saja terhadap mereka.

Rasulullah saw. pernah melakukan doa qunut selama sebulan penuh ‘hanya’ untuk mendoakan tiga tawanan Muslim di Makkah. Ketika itu orang-orang musyrik menyiksa mereka dan merayu mereka untuk murtad dari Islam. (HR al-Bukhari, Muslim dan Nasa’i).

Setiap aktivis Islam juga hendaknya biasa mendoakan keburukan atas musuh-musuh Islam dan kaum Muslim yang memerangi Islam serta menghalang-halangi manusia dari jalan Allah. Mereka juga harus mendoakan keburukan atas gembong-gembong kafir, tokoh-tokoh sekular dan kroni-kroni mereka; sebagaimana dulu dilakukan oleh Rasulullah saw. Beliau melakukan doa qunut sebulan penuh guna mendoakan keburukan atas Ri’il, Dzakwan dan Ushaiyyah yang membunuh para Sahabat Beliau di Sumur Ma’unah (HR al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, an-Nasa’i dan Ahmad). Beliau juga mendoakan keburukan atas Kisra Raja Persia, yang merobek-robek surat Beliau. Beliau berdoa kepada Allah agar merobek-robek Kerajaan Kisra hingga hancur (HR al-Bukhari dan Ahmad).

Setiap aktivis Islam juga hendaknya tidak lupa mendoakan orang-orang awam kaum Muslim agar mereka mendapat hidayah dan taufik serta kembali pada kebenaran dan jalan lurus; lebih khusus lagi mendoakan generasi muda kaum Muslim. Hal ini penting dilakukan demi meniru Rasulullah saw. yang berdoa, “Ya Allah, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak tahu.” (HR al-Bukhari, Ibnu Majah dan Ahmad).

Semua itu Beliau lakukan demi semakin banyaknya manusia yang mendapatkan hidayah dan taufik hingga mereka masuk Islam, sekaligus menjadi pendukung dakwahnya, agar agama Allah ini cepat menyebar; hukum-hukum-Nya segera tegak; dan ‘izzah al-Islâm wa al-Muslimîn segera terwujud. 

Semoga kita pun terbiasa memanjatkan doa sebagaimana doa-doa yang biasa Rasulullah saw. panjatkan. Wa mâ tawfîqî illâ billâh. [Arief B. Iskandar]

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites