10 Februari 2012

Mesir Siap Menjadi Inkubator Khilafah Islam

Kontroversi dan keributan besar pun muncul tentang Hizbut Tahrir, setelah wakil pendirinya mengatakan bahwa demokrasi kufur, dan kaum liberal kafir, serta parlemen (DPR) itu bid’ah, sebagaimana yang dipublikasikan oleh salah satu majalah.

Terkait dengan hal ini surat kabar Mesir “Al Wafd”-melaui dua wartawannya Ahmad Abu Shalih dan Muhammad ar-Rais-memutuskan untuk berdialog langsung dengan Syarif Zayad  juru bicara kantor media Hizbut Tahrir, yang menegaskan bahwa Hizbut Tahrir adalah partai politik yang berideologikan Islam, sementara dasar berdirinya, aktivitas dan tujuannya adalah melanjutkan cara hidup Islam (isti’nâf al-hayâh al-islâmiyah), serta mengemban Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad, setelah semuanya itu berhenti sejak runtuhnya Khilafah pada tahun 1924 di Istanbul.

Berikut rincian dari dialog tersebut:

Demokrasi itu kufur , kaum liberal itu kafir, Mesir harus keluar dari PBB, ide ide patriotisme dan nasionalisme itu kufur, parlemen (DPR) itu bid’ah kâfirah, Khilafah itu wajib, dan Mesir adalah wilayah yang tengah menanti seorang khalifah. Apakah semua ini benar-benar merupakan prinsip-prinsip yang menjadi dasar Hizbut Tahrir?

Untuk demokrasi, benar bahwa itu kufur, dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan Islam. Demokrasi itu semuanya bertentangan dengan Islam, baik keseluruhannya maupun bagian-bagiannya, termasuk sumbernya. Sumber demokrasi adalah manusia tidak ada hubungannya dengan wahyu dan agama. Demokrasi memberikan rakyat hak untuk membuat konstitusi merampas hak Allah. Selain itu, demokrasi tegak di atas doktrin (akidah) pemisahan agama dari negara dan kehidupan. Begitu juga, demokrasi tegak di atas ide kebebasan, seperti kebebasan berkeyakinan dan pendapat, berkepemilikan, serta kebebasan bertingkah laku. Sementara seorang Muslim segala tindakannya terikat dengan ketentuan syariah Islam.

Adapun pernyataan yang dinisbatkan kepada kami, bahwa kami mengatakan kaum liberal itu kafir, maka kami tidak mengkafirkan seorang pun di antara kaum Muslim. Namun kami hanya mengatakan bahwa pemikiran atau ide liberalisme itu adalah pemikiran atau ide kufur. Dan belum tentu bahwa orang yang mengemban pemikiran atau ide kufur itu kafir. Boleh jadi ia kafir jika ia menyakini bahwa pemikiran atau ide liberalisme itu yang terbaik, dan Islam tidak layak untuk era sekarang.

Sementara pemikiran atau ide patriotisme dan nasionalisme, maka itu merupakan pemikiran atau ide perusak yang telah mencerai-beraikan umat, serta berkontribusi dalam meleyapkan negara Islam. Namun kaum kafir Barat mampu merekrut di antara generasi umat untuk mengemban dan membelanya. Padahal ia merupakan pemikiran sampah dan rendahan yang tegak di atas fanatisme (ashabiyah) yang dilarang oleh Islam.

Sedangkan Khilafah, maka tidak ada keraguan bahwa ia jantung dakwah Hizbut Tahrir, karena kami menyakini berdasarkan dalil-dalil syara’, bahwa tidak mungkin melanjutkan cara hidup Islam (isti’nâf al-hayâh al-islâmiyah) kecuali dengan tegaknya Khilafah. Dan kami berusaha dengan segala ketulusan bahwa Mesir menjadi ibu kotanya.

Hizbut Tahrir kembali lagi setelah pelarangan terhadap 26 anggota di antara kader-kader Hizbut Tahrir di Mesir, termasuk tiga warga Inggris dan seorang warga Palestina yang diseret ke pengadilan pada 2002 oleh Keamanan Negara, karena mereka terbukti bergabung dengan partai terlarang di negeri ini. Mereka didakwa akan “menggulingkan rezim pemerintah dan berusaha untuk mendirikan negara Islam”?

Ini benar. Bahkan ini bukan masalah pertama bagi Hizbut Tahrir di Mesir. Akan tetapi Hizbut Tahrir senantiasa mengemban pemikiran dengan kuat. Hizbut Tahrir bertekad kuat untuk membawa pemikiran itu sampai pada kekuasaan. Perlu diingat bahwa Khilafah itu bukan khayalan yang membelai jiwa. Namun ia merupakan janji dan kewajiban dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar  mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa.” (TQS. An-Nûr [24] : 55).

Dan Rasulullah Saw bersabda: “… Kemudian akan ada Khilafah yang tegak di atas metode kenabian.” (HR. Ahmad).

Anda mengatakan bahwa Mesir siap menjadi wilayah bagi Khilafah Islam, magapa?

Benar, Mesir siap menjadi inkubator Khilafah Islam. Apakah Anda berpikir bahwa rakyat yang memilih kelompok Islam dalam pemilihan parlemen baru-baru ini ini mereka memilih agar diterapkan kepada mereka sistem yang diimpor dari Timur dan Barat. Mereka tidak memilihnya kecuali karena mereka berpikir bahwa ini adalah jalan bagi kembalinya Islam dalam pemerintahan. Sementara caci maki dan sumpah serapah yang keluar dari mulut para sekularis, serta upaya-upaya Dewan Militer untuk memaksakan sebuah rezim sekuler melalui piagam perdamaian, dan pembicaraan tentang prinsip-prinsip yang mengontrol Konstitusi, tidak lain adalah upaya untuk membajak kehendak rakyat yang menginginkan diterapkannya Islam. Begitu juga, revolusi 25 Januari telah memecahkan hambatan rasa takut yang menghalangi rakyat dari aktivitas mengembalikan Khilafah bersama dengan Hizbut Tahrir.

Anda mengatakan bahwa ide-ide politik yang ada di Mesir adalah buatan kaum kafir sejak perjanjian Sykes-Picot yang ditandatangani pada tahun 1916. Tolong jelaskan?

Tidak diragukan lagi bahwa Barat setelah melenyapkan negara Khilafah Islam, Barat meroberk-robek dunia Islam melalui perjanjian busuk ini. Barat berusaha untuk membuat kompromi politik-tidak hanya di Mesir saja, melainkan di negeri-negeri kaum Muslim lainnya-dengan kompromi yang merusak. Dalam hal ini, Barat hanya ingin untuk menjual semua pemikiran kufurnya. Sehingga, Barat pun melakukan serangan budaya terhadap dunia Islam, dan serangan misionaris untuk mengemban budaya dan pemikirannya seperti demokrasi, nasionalisme, kebebasan dan lain-lainnya. Akibatnya banyak kaum intelektual yang begitu mencintai budaya Barat dan memuliakannya. Sebaliknya mereka mengecam budaya Islam, dan syariah Islam jika bertentangan dengan budaya Barat. Lihatlah sekarang  perdebatan di saluran TV satelit yang banyak membahas syariah Islam, seperti haramnya bank dan pasar saham, serta tema tentang pariwisata, pornografi dan minuman keras.

Abdul Rahim Ali, Direktur Pusat Arab untuk Penelitian dan Kajian mengatakan bahwa Hizbut Tahrir menyerukan penggulingan kekuasaan melalui fitnah (perpecahan) dalam tubuh militer, komentar Anda?

Pernyataan ini setengah benar. Hizbut Tahri memang menyerukan penggulingan kekuasaan, karena kekuasaan yang ada tidak menerapkan apa yang diturunkan Allah. Namun hal ini tidak akan pernah terjadi melalui fitnah (perpecahan) dalam tubuh militer, melainkan dengan mengambil loyalitas militer untuk mendukung agama Allah dengan meletakkannya di tempat yang dapat menerapkan semua ketentuan agama, dengan memberinya pertolongan (nushrah) kepada Hizbut Tahrir setelah terbentu opini umum yang berasal dari kesadaran masyarakat terhadap Islam.

Ia juga mengatakan, bahwa Salafi Mesir melakukan perlawanan dan tidak senang terhadap Hizbut Tahrir?

Kami semua bersama. Setiap orang yang beraktivitas untuk kepentingan Islam memiliki ikatan persaudaraan Islam (ukhuwah islâmiyah). Dan semua Salafi yang kami temuinya mereka berpendapat bahwa Khilafah yang benderanya tengah kami emban merupakan kewajiban besar, dimana semua generasi umat yang mukhlis wajib ikut memperjuangkannya. Sementara jika ada beberapa orang yang tidak senang dengan kami, maka itu tidak mengkhawatirkan kami, sebab hanya ridha Allah yang menjadi tujuan kami. Dan kami tidak akan pernah melakukan pergolakan dengan mereka yang beraktivitas untuk Islam. Kami hanya akan melakukan pergolakan dengan ide-ide dan konsep-konsep kufur yang tengah dipasarkan oleh Barat di negara kami.

Di bawah judul “Percaya Atau Tidak: Hizbut Tahrir Tidak Mengakui Republik Arab Mesir , Dan Menuntut Kembalinya Khalifah” yang dipublikasikan oleh majalah “Asy-Syabab”. Apa komentar Anda?

Kami di kantor media Hizbut Tahrir telah mengirim pernyataan penjelasan kepada majalah “Asy-Syabab” untuk meluruskan beberapa ketidakakuratan terkait isi publikasi yang dinisbatkan kepada kami. Namun, mereka tidak mempublikasikannya. Pertama, kami tidak mengakui sistem republik, karena bertentangan dengan Islam, yang telah menjelaskan kepada umat bahwa yang mengurusi semua urusannya adalah para khalifah. Dan Khilafah adalah sistem pemerintahan yang tidak sama dengan sistem-sistem pemerintahan buatan manusia. Khilafah itu bukan republik, monarki, dan bukan pula kekaisaran. Adapaun perkataan bahwa kami menuntut kembalinya Khalifah, maka perkataan itu salah, dan kami tidak menyampaikannya . Sementara pernyataan yang benar adalah bahwa kami beraktivitas untuk melanjutkan cara hidup Islam (isti’nâf al-hayâh al-islâmiyah). Dalam hal ini, Anda kan tahu gaya media yang mementingkan judul untuk menarik perhatian.

Dari mana sumber pendanaan Hizbut Tahrir?

Dari sumbangan para syabab (aktivis) Hizbut Tahrir, dan dari para syababnya saja. Hizbut  Tahrir dengan tegas menolak untuk mengambil dana apapun dari negara, lembaga atau individu yang bukan syababnya.

Sejauh ini, berapa jumlah mereka yang bergabung dengan Hizbut Tahrir?

Hizbut Tahrir telah memiliki cukup banyak syabab yang melakukan aktivitas kepartaian seperti pembinaan atau pengkaderan (tatsqîf), mengemban dakwah, perjuangan politik, dan melakukan interaksi di dalam masyarakat Mesir. Sejauh ini eksistensinya hampir merata.

Sumber: alwafd.org, 6/2/2012.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites