Beberapa waktu yang lalu ku tulis sebuah status di sebuah dinding jejaring, yg berisi sebuah syair yang telah ada dan tak asing ditelinga. Syair lama nan sederhana yang dilantunkan oleh sakha. Yang kurang lebih syairnya seperti ini..
Sebening tetesan embun pagi..
Secerah indahnya mentari..
Bila kutatap wajah mu..
Ada kehangatan didalam hatiku..
Air wudhu selalu membasahi mu..
Ayat suci selalu di lantunkan
Suara lembut penuh keluh dan kesah..
Berdo’a untuk putra dan putrinya..
Tak kutulis sosok siapa yang ada dalam syair tersebut, tapi Insya Allah sahabat sekalian mafhum siapa sosok yang di maksud.
Kemudian kulihat sebuah catatan milik seorang sahabat yang menceritakan tentang dirinya dan sosok yang kita cintai dan kita muliakan..
Sungguh indah dan menarik jikalau kita perhatiakan setiap apa-apa yang ada, yang terjadi dalam sebuah realita, mungkin serasa sederhana bagi orang lain namun berbeda bagi Asa(SA)..
Ada sesuatu yang saya ambil dari catatan tersebut yakni “Menempatkan sesuatu pada tempatnya” . Alangkah indahnya ketika kita melangkah dalam kehidupan ini bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Kenapa saya katakan demikian .?
Karena masih ada orang yang tak pandai menempatkan sesuatu pada tempatnya..( bisa saya atau anda).
Seorang anak kepada kedua orang tuanya..
Seorang kakak kepada adiknya..
Seorang murid kepada gurunya..
Seorang pemimpin kepada yang di pimpinnya ataupun sebaliknya..
Dan masih banyak yang lain sebagainya..
Catatan sederhana itu.. seakan menggelitik pena ini untuk menggerakan penanya, walaupun telah sejak lama tangan ini tak menggoreskan lagi penanya, karena penanya tak bertinta. Yang hanya mungkin bisa digoreskan dalam realita.
Mungkin hanya itu yang dapat saya ambil sebagai pelajaran dari catatan sederhana tersebut. Yakni “Menempatkan sesuatu pada tempatnya” .
Tiap harapan yang berhasil Anda raih, selalu berujung pada kesedihan, baik karena ia telah meninggalkan Anda, ataupun Anda yang meninggalkannya..
Kecuali amal perbuatan yang didedikasikan untuk Allah, karena dalam segala hal akan berujung pada kebahagiaan, baik cepat atau lambat.
Dalam waktu cepat, pelakunya tidak banyak punya obsesi yg menjadi obsesi banyak orang. Sementara dalam waktu yg akan datang, ia mendapatkan surga-Nya..
Maka, jangan korbankan dirimu kecuali untuk meraih yang lebih tinggi, dan itu hanya ada pada ALLAH dengan dakwah ila al-Haq. Karena itu orang yang cerdas hanya melihat dirinya dihargai dengan surga.( Ibn Hazm, al-Akhlaq wa as-Siyar, juz I, hal 2)
Sebuah refleksi bagi diri.. untuk selalu menengok kekanan dan kekiri
Sebuah pengingat bagi diri.. ketika melangkah di dunia yang penuh ilusi
Sebuah intropeksi bagi diri.. untuk mengendalikan hawa nafsu yang tak terkendali dan menjadi-jadi
Sebauah renungan bagi diri.. ketika hati tertutup rasa banci, karena su’ur di jadikan standarisasi
Khair.. Syarr.. Hasan.. Qabih.. bukan menurut pandangan manusia melainkan menurut pandangan Dzat yang Maha Suci.
Ketika su’ur mulai mendominasi, tak kenal kawan atau lawan yang dihadapi
Ketika su’ur mulai dituruti, tak kenal saudara atau saudari yang di cintai
Ketika su’ur di jadikan standarisasi, tak kenal kaki dan tangan sendiri
Ketika su’ur kian tak terkendali, poros dan bara terlepaspun kian tak berarti
Yaa ikhwan.. sugguh rembulan itu indah jikalau kau sapa ia di kala tengah malam hari nanti..
Yaa ukhti.. sungguh mentari itu indah jikalau kau sambut ia di kala dini hari tiba..
Afwan goresan ku bukan berkata siapa dan tentang apa, namun ini hanyalah goresan refleksi dunia nyata.
Aku bukanlah seorang penulis yang pandai berkata dan berretorika dengan sejuta kata dan selaksa tinta..
Aku bukanlah seorang ‘alim yang pandai berdalil dan beragumentasi di depan mata..
Aku bukanlah seorang penyair yang pandai merangkai kata dengan tata untaian seribu bahasa..
Aku hanya seorang pejalan kaki biasa nan sederhana yang menggenggam sebuah pena tak bertinta..
Pelaut yang ulung bukan menghadapi laut yang tenang..
Aktivis Dakwah yang tangguh bukan menghadapi medan perjuangan yang mulus..
Qalam al tsauriy, al ghayatun la tudrak.[]
Supriadi Ats Tsauriy
Taman Langit 7
Rabi’ul akhir 1433 H